Kelesuan perekonomian di Batam sepanjang tahun 2017 belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Indikatornya sangat mudah, mulai dari pengurangan karyawan, hengkangnya investor, banyak perusahaan yang tutup hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Minimnya lapangan kerja mendongkrak pengangguran di Batam semakin tumbuh subur.
Per tanggal 1 Juni 2017, Dinas Perhubungan (Dishub) Batam menerbitkan surat penghentian sementara operasional angkutan khusus dalam jaringan (online). Sampai batas waktu yang belum ditentukan mengakibatkan 1.500 Driver Gojek Batam tidak bisa beroperasi. Di luar swasta, kebijakan pemerintah turut menyuplai angka pengangguran yang semakin tidak terkendali.
Di tengah lambatnya perekonomian yang terus merosot akibat krisis global seharusnya kita berpikir bijaksana: bagaimana cara menciptakan lapangan pekerjaan yang luas? Jika tingkat pengangguran di sektor perkotaan meningkat, tidak dimungkiri jumlah pengangguran di pedesaan pasti meroket tajam. Kita tahu, dari bulan ke bulan, penyerapan tenaga kerja di Batam justru semakin rendah.
Belum lagi jika diperhitungkan berapa jumlah pengangguran tidak kentara, setengah menganggur dan sebagainya. Pastilah jumlahnya akan jauh lebih besar dan kemungkinan bisa tiga atau empat kali lipat dari angka pengangguran terbuka. Pengangguran tersembunyi atau disguished unemployment lebih banyak berada di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi merupakan cara efektif menciptakan lapangan kerja. Tetapi hal ini tidak bisa mengakomodir jikalau pertumbuhan hanya ditopang sektor-sektor yang tidak banyak menyerap tenaga kerja. Industri yang tergolong capital intensive misalnya, dampaknya akan kurang dirasakan dalam upaya menciptakan lapangan kerja baru.
Selain itu, rendahnya angka pertumbuhan biasanya diikuti dengan rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja. Padahal satu sektor penting dan sangat berpengaruh terhadap penyerapan lapangan kerja adalah sektor industri. Sayangnya, di Batam industri-industri raksasa yang memiliki ribuan karyawan banyak yang gulung tikar akibat sepinya order.
Kita tahu pada zaman Presiden Soeharto, pertumbuhan sektor industri manufaktur angkanya hanya 11 sampai 13,5 persen setiap tahunnya. Setelah krisis moneter 1997 hanya mampu tumbuh berkembang 3,6 sampai 7,5 persen per tahunnya. Apalagi sekarang ini. Sebenarnya, yang paling bijaksana adalah berupaya mendorong pertumbuhan sektor industri dan investasi dari dalam atau luar negeri.
Sektor informal menjadi kasur penyelamat bagi mereka yang sulit mencari pekerjaan di Batam. Driver Gojek salah satunya. Lapangan kerja ini memiliki kontribusi signifikan untuk mengerem lajunya jumlah pengangguran seperti saat ini. Kenyataannya, justru situasinya berbanding terbalik, Dinas Perhubungan Kota Batam malah menyetop lapangan pekerjaan ini.
Hal itu disikapi Dinas Perhubungan Batam bahwa mereka belum mengantongi izin. Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 26 tahun 2017 sebagai revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek.
Kita tahu bahwa di beberapa kota di Indonesia terlihat kumuh akibat kesulitan menampung ledakan pekerjaan di sektor informal lainnya akibat PHK yang ‘merajalela’. Jujur saja, dalam situasi sulit sekarang ini diperlukan pengelolaan dan penataan yang baik. Sebab, bagaimanapun semua pihak sudah kewalahan dan kelimpungan akibat krisis global.
Sejatinya, sadar atau tidak sadar, mereka yang menciptakan lapangan pekerjaan sendiri (self employee) merupakan pahlawan ekonomi. Sebab mereka mampu menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan bukan menunggu durian runtuh dari langit. Justru kehadiran mereka dapat mengajak penganggur yang lain berpeluang sama-sama dipekerjakan.
Selain itu masalah kemiskinan, tantangan pemerintahan saat ini adalah bagaimana mengurangi tingkat pengangguran di Batam. Ini merupakan indikator penting untuk melihat kinerja perekonomian sehat sekaligus menilai keberhasilan sebuah pemerintahan di wilayah tertentu. Di negara mana pun masalah ini sering dihadapi, sekalipun di negara-negara yang sudah maju. (Candra P. Pusponegoro/Pemimpin Redaksi www.centralbatam.co.id)