CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM-Pemukiman atau perumahan warga di Kota Batam, tak jarang berdiri langsung disekitar atau dibawah bukit maupun lereng terjal. Bahkan banyak pula pemukiman yang berdiri tepat disamping jurang atau bekas pemotongan bukit (Cut and Fill).
Pantauan tim Central Batam, adapun daftar pemukiman yang berdiri tepat disekitar daerah rawan longsor di Batam, yakni Perumahan Tiban Makmur (Patam Lestari), Perumahan sekitar Komplek Gereja HKBP Bengkong Palapa, serta beberapa perumahan lainnya.

Dalam hal ini, tim mengambil lokasi pemukiman warga yang berdiri tepat disekitar daerah pemotongan bukit. Yakni pemukiman liar disekitar bundaran menuju Bandara Hang Nadim dan Pelabuhan Tg. Punggur, atau tepatnya dilahan sekitar pertemuan jalan Jenderal Sudirman menuju jalan Hang Tuah, Batam Centre, Batam.

Diatas lahan tersebut, terdapat lebih dari 30 pemukiman liar warga yang dibangun diatas lahan tidur.
Rukun Tetangga (RT) pemukiman setempat mengatakan, ia dan seluruh warga memilih mulai menempati lahan tersebut karena telah lama tidur dan tak jelas kepemilikannya.
“Karena itulah kami pilih tinggal disini,” katanya.
Beberapa tahun lamanya, setelah warga tersebut menetap dilahan itu. Kemudian beberapa oknum yang mengaku sebagai pemilik lahan datang dan melakuan pemotongan bukit (cut and fill), hingga hanya menyisakan tebing curam dengan kemiringan hampir 90 derajad (vertikal).
Alhasil, beberapa warga yang rumahnya dekat dengan pemotongan tersebut mengeluh karena takut tergerus longsor.
Selain itu, sang RT juga menyatakan telah ada sekitar 5 rumah warga yang ambruk tergerus longsor dilahan vertikal itu.
“Kemarin ada dua rumah yang ambruk, sebelumnya juga ada tiga. Beruntung tidak ada korban jiwa,” terangnya.

Mengingat sangat berbahayanya lokasi pemukiman ini, yang berdiri langsung ditepi jurang. Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) Kota Batam pun angkat bicara.
Melalui Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Siap Siaga BPBD Kota Batam, Zulkarnain, saat dikonfirmasi, Selasa (12/7/2016) pagi mengatakan, pihaknya telah lama memberi imbauan kepada seluruh warga yang rumahnya ada dilokasi ekstrim tersebut.
Melalui berbagai macam imbauan dan peringatan, akan berbahayanya lokasi berdirinya pemukiman tersebut. Pihaknya sering melakukan sosialisasi untuk segera mengungsi atau pindah.
“Tapi ya begini, kalau kita minta pindah, mau kemana lagi? Sementara lahan itupun ada pemiliknya,” kata Zulkarnain.
Dikatakannya juga, imbauan untuk tidak mendirian rumah ditepi jurang atau dibawah lereng bukit terjal, terlebih tanpa adanya bangunan pengaman sudah diberikan dan telah sering kali disuarakan.

Namun, beberpa warga tetap memilih tinggal dan menetap disekitar lahan itu, dengan alasan tak punya rumah lagi.
“Sudah kita ingatkan juga, belum lagi curah hujan di Batam ini kan cukup panjang durasinya. Jelas itu sangat berbahaya, jika sewaktu-waktu terjadi longsor,” ujarnya.
Sebagai pengelola fungsi lahan, lanjutnya. Para pengembang (developer) juga dikritik olehnya.
Dipaparkannya, saat hendak melakukan pemotongan bukit. Sebuah perusahaan atau developer haruslah memastikan lahan tersebut aman dan terbebas dari pemukiman warga.
“Tapi kebanyakan kan begitu, malah dipotong lahannya, meskipun warga masih tinggal. Memang itu lahan mereka, tapi setidaknya pastikan dulu aman sebelum dipotong, jika nanti ada korban yang tergerus longsor? Tetap pengembang yang disalahan. Meskipun pemilik rumah disini juga salah posisinya,” ungkapnya.
Dengan situasi yang sangat berbahaya ini, Zulkarnain berpesan kepada setiap masyarakat yang akan mendirikan atau memiliki rumah disekitar lahan curam atau tebing vertikal, untuk segera mencari posisi aman.
“Kemudian, kepada setiap developer yang aan membangun perumahan. Pikirkan juga keamanan warga yng akan tinggal nantinya. Jangan ada bukit, atau jangan lokasi perumahannya lebih rendah. Karena, jika hujan turun bisa banjir dan bisa jadi longsorpun menggerus bila didirikan ditepi bukit atau jurang, maupun lereng terjal,” ungkapnya.
Penulis : Junedy Bresly
