CENTRALBATAM.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo menyampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para elit politik untuk tidak mempolitisasi ‘agama’. Statement keras itu mencuat, mengingat semakin gencarnya aksi-aksi politik yang mencampu-adukkan agama di dalamnya.
Penegasan tersebut disampaikan dalam acara peresmian Masjid Arifah Istiqomah dan Gedung Selawat KH Surowijoyo, di Pondok Pesantren (Ponpes) Khalifatullah Singo Ludiro. Ponpes yang terletak di Desa Laban, Mojolaban, Sukoharjo itu diasuh oleh guru mengaji Jokowi, KH Agung Syuhada. Saat memberikan sambutan itulah Jokowi membahas mengenai agama dan politik.
Menurutnya, agama jangan dijadikan komoditas politik. “Jangan sampai agama dipolitisasi menjadi komoditas, bahaya itu. Artinya bukan juga memisahkan nilai agama dalam politik. Misalnya, dalam membuat kebijakan. Jika tanpa dilandasi agama, moralitas, kejujuran, pengabdian, pasti luput kebijakan itu,” ujar Jokowi, Sabtu (8/4/2017).
Jokowi berpendapat bahwa agama dan politik harus bersambungan. Namun konteks hubungan antara politik dan agama harus tepat. “Agama dan politik harus sambung tapi konteksnya harus tepat. Jangan terus dibelokkan, masa politik enggak boleh dihubungkan dengan agama?” ujarnya.
Sependapat dengan Jokowi, Agung Syuhada juga menilai agama dan politik tidak dapat dipisahkan. Namun jangan sampai agama hanya digunakan sebagai alat politik. “Orang itu terkadang mengatasnamakan agama, tapi punya tendensi politik. Di ponpes ini kita ajarkan, kalau memilih pemimpin itu berdasarkan figurnya. Walaupun, maaf, partainya pakai simbol agama, tapi orangnya tidak agamis, tidak masuk dalam kriteria kami,” ungkap dia.