CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM-Kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) diwilayah Kalimantan bagian Barat (Kalbar), kembali terpantau dan meningkat jumlah atau titik sebaran apinya sore ini, Kamis (18/8/2016).
Terpantau dari citera satelite NASA, yakni Terra dan Aqua yang kemudian dipublikasikan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) membuktikan, terdapat peningkatan titik api atau Hot spot yang ada di Kalimantan bagian barat.
Melanjutkan data tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Hang Nadim, Batam, turut membenaran kondisi Hot spot ini.
Philip, Kepala BMKG Hang Nadim, Batam menyatakan, peninkatan secara tegas terjadi dan menghanguskan hutan di Kalbar. Dari data sebelumnya diketahui hanya ada 21 titik api dengan akurasi 7 titik dengan akurasi 51-60 %, 7 titik (61-70%), 3 titik (71-80%), serta 4 titik dengan akurasi atau ketepatan data 81-100%.
Hari ini, terdata ada 567 titik api yang tercatat dalam pendataan citera satelit Terra dan Aqua milik Nassa.
“Semalam (Rabu, red) hanya ada 21 titik dengan akurasi 60-100%. Nah hari ini malah menjadi-jadi. Tercatat hingga sore ini, Kamis (18/8/2016). Jumlah titik api mencapai 567 Hot spot dengan akurasi 51-60% sebanyak 62 titik, 61-70% sebanyak 116 titik, 71-80% sebanyak 150 titik dan yang paling ekstrim diakurasi 81-100% sebanyak 239 titik api,” kata Philip Mustamu, Kepala BMKG Hang Nadim, Batam.
Dikatakannya juga, peningkatan titik api di Kalimantan Barat (Kalbar) ini terjadi sangat cepat. Hingga berpotensi menghasilkan asap dan membuat wilayah disekitarnya tercemar asap.
Akan hal ini pula, masyarakat wilayah Kalimantan Barat kembali terkena dampak panjang dari penyebaran titik api ini, yaitu adanya penyebaran asap pekat yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian.
Tak hanya itu saja, akibat dari Karlahut ini. Wilayah Ranai, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau terancam kembali berasap.
Bagaimana tidak, melihat pola hembusan angin (shareline) yang berhembus dari Tenggara dan Selatan dan cenderung berhembus ke Barat Daya dan Utara. Membuat asap hasil kebakaran diwilayah Kalimantan Barat sangat berpotensi terbawa ke Ranai, Natuna.
“Ini melihat pola hembusan angin, sangat dikhawatirkan Natuna akan terkena asap dari Kalimantan Barat. Karena hembusan angin mengarah kesana,” ucap Philip.
Berbeda halnya dengan kasus karhutla di Sumatera. Asap yang biasanya berasal dari wilayah Barat Kepri ini, kini tak terasa dengan hembusan angin yang mengarah ke Barat Daya dan Utara.
“Jadi yang terasa untuk Natuna, itu asap yang dari Kalimantan saja. Yang dari Sumatera tidak, karena beda jalur anginnya. Kita ada ditimur Sumatera, sementara angin itu dari Tenggara dan Selatan. Jadi kita terhindar dari asap Sumatera,” tegasnya.
Sampai saat ini, lanjutnya, titik api masih terpantau dan semakin meningkat. Oleh karena itulah, Philip mengimbau bagi masyarakat Kepri yang terdampak asap, untuk senantiasa mengunakan masker saat beraktifitas diluar ruangan.
“Pakai masker bagi yang beraktifitas diluar ruangan, dan jaga keehatan agar tetap dapat beraktifitas dengan baik,” tutupnya.