CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM – Sebanyak 23 perusahaan tutup, mulai Januari sampai April 2017. Banyaknya perusahaan yang gulung tikar diketahui karena tak sanggup lagi mempertahankan tancap jangkarnya dalam bidang usaha di Batam.
Saat dikonfirmasi, beberapa staf di beberapa perusahaan mengakui adanya beberapa faktor yang melatarbelakangi tutupnya suatu perusahaan. Mulai dari sepinya orderan, tingginya biaya produksi yang tak mampu ditanggulangi, hingga berbagai alasan lainnya dituding menjadi rentetan panjang alasan dari tutupnya sebanyak 23 perusahaan tersebut.
“Kalau kami, memang biaya produksi yang terlalu tinggi dan ga mampu kami capai. Jelas saja kami merugi,” kata salah seorang staf Human Resources Development (HRD) di salah satu perusahaan yang dinyatakan tutup.
“Ya, karena itulah. Terpaksa (tutup),” imbuhnya.
Sementara, seorang General Manager (GM) di salah satu perusahaan lainnya, yang juga tak ingin diberitakan namanya menuding bahwa terlalu tingginya tuntutan pekerja disebut menjadi alasan tak mampunya salah satu dari 23 perusahaan itu untuk bertahan. “Iya, sudah UMK/UMS (standar upah, red) tinggi, eh tuntutan karyawan pun banyak. Kadang kami (perusahaan) tak mampu mengimbangi,” tegasnya.
Sejauh ini, beberapa sumber yang telah dikonfirmasi tim Central Batam juga membenarkan alasan-alasan tersebut sebagai pendorong utama tutupnya usaha. Hal umum yang juga diakui menjadi pemicu, ialah faktor kelesuan ekonomi yang saat ini tengah membelenggu di Kepri, terkhusus Batam. “Ekonomi lesu, ya wajar saja berdampak begini,” ucap staf perusahaan lainnya.
Sebagaimana diketahui, akibat tutupnya 23 perusahaan tersebut turut berdampak panjang terhadap seluruh karyawan yang bekerja di dalamnya. Sekurangnya ada 889 pekerja yang terpaksa menyandang status sebagai ‘pengangguran’. Hal itu turut dibenarkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam, Rudi Sakyakirti, beberapa waktu lalu.
“Benar, sekitar 889 pekerja jadi pengangguran akibat 23 perusahaan yang tutup itu,” katanya, saat membuka Pameran Batam Nasional Expo (Bannex) 2017, di Nagoya Hill, Jumat (14/4/2017) lalu.
“Ya salah satunya PT Technip di Tanjunguncang yang juga dikabarkan tutup. Itu karena sepi orderan,” kata Rudi.