CENTRALBATAM.CO.ID, BINTAN –Hantaman virus corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina terhadap perekonomian kian terasa dirasakan. Bagaimana tidak, pekerja di bidang pariwisata biasanya mendapatkan upah diatas Rp 3 juta per bulan, kini hanya mendapat Rp 900 ribu lantaran di rumahkan.
Karyawan yang dirumahkan memang termasuk beruntung lantaran masih mendapat upah bulanan dari tempat kerja. Sementara, karyawan yang di PHK tidak mendapat upah sama sekali.
Akibatnya, satu persatu barang yang di miliki oleh para mantan karyawan itu mulai di jual. Usai barang elektronik seperti HP, Soundsistem dan TV di jual habis, giliran kendaraan dijual seperti mobil dan motor.
Hal ini diakui oleh salah satu penjual beli sepeda motor dan mobil di Kawasan Simpang Lady, Acin.
“Sejak sebulan terkhirnya, tidak ada pembelian mobil atau motor. Adanya para pemilik datang menjual dengan harga murah. Tapi kami tidak berani beli karena sudah terlalu banyak stok serta tidak ada pembeli juga,” katanya, Rabu (13/5).
Berdasarkan dari data Disnaker Bintan, dari 21 perusahaan yang sudah melaporkan terdapat sebanyak 1567 karyawan yang di rumahkan. Sementara sebanyak 702 orang di rumah.
Berdasarkan pantauan media ini, masih banyak perusahaan yang belum melaporkan terkait PHK atau merumahkan karyawan. Padahal, di beberapa hotel dan resort misalnya; Nikoi Island, Lola Resor, Bintan Agro Beach Resort, Sahid Hotel, Cabana Resort, Madu Tiga dan lain sebagainya belum masuk daftar perusahaan yang melaporkan terkait hal ini.
Jika di total, jumlahnya mencapai belasan ribu yang seharusnya mendapat dampak corona ini akibat di PHK atau sekedar di rumahkan.
“Kami sekarang masuk kerja hanya dua atau 3 hari masuk dalam seminggu gaji Rp 900 ribu per bulan ,”ungkap salah satu Karyawan Nikoi pada media ini inisial Et.
Terpisah salah satu karyawan Lola Resort yang namanya minta disamarkan mengungkapkan, karena hanya digaji Rp 1 juta bulan terpaksa menjual berbagai barang elektronik.
Hal ini dilakukan lantaran kebutuhan hari-hari yang mendesak seperti popok dan susu anak.
“Sekarang belanja setiap harinya saja minimal Rp 50.000 dikalikan 30 hari sudah Rp 1.500.000. Belum biaya anak susu Rp 600.000 per bulan. Kemudian, pokok minimal Rp 300.000 per bulan. Ya terpaksa lah jual ini dan itu,” ujarnya ketawa.
“Ini pun sudah bingung mau jual apalagi,”tutupnya. (Ndn)