CENTRALBATAM.CO.ID, BINTAN –Apa yang dilakukan oleh para mahasiswa semester 7 Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (Stisipol) Raja Haji Tanjungpinang ini pantas di ancungi jempol. Pasalnya, demi membantu pemerintah mengembangkan potensi wisata mereka menulusuri satu persatu lokasi hutan Bakau yang ada di Kabupaten Bintan.
Kegiatan ini memang dilakukan pada saat para mahasiswa yang terbilang peduli wisata tersebut menunaikan tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada hari ini (2/9/2016) hingga 4 September 2016 mendatang. Namun agar dapat membuahkan hasil yang baik serta dapat bermanfaat bagi perkembangan daerah wisata, mereka memilih mengambangkan potensi wisata Manggrove.
“Perkembangan dunia pariwisata saat ini memang sudah mengalamai kemajuan. Namun agar kedepan lebih banyak lagi objek wisata yang dapat di kunjungi oleh para wisatawan, kami ingin mengembangkan potensi wisata ini (mangrove). Karena semakin banyaknya objek wisata Bintan, semakin banyak pengunjung yang datang,”ujar salah satu mahasiswa, Bintang Oki Alexnder pada Centralbatam.co.id, Jumat (2/9/2016).
Lebih lanjut pemuda berkepala plontos tersebut menjelaskan, umumnya wisatawan asing lebih menyenenangi wisata alam yang masih natural (alami). Karena itu, dia berharap dengan pengembangan potensi wisata bahari ini nantinya akan memberika nilai tambah bagi Bintan sebagai salah daeah pariwisata terbesar di Indonesia.
Sementara itu, dosen pembimbing sekaligus Ketua Yayasan Stisipol Raja Haji Tanjungpinang, Endri Senopaka, mengatakan lokasi yang mereka pilih dalam kegiatan ini adalah Kampung Beloreng Desa Tembeling Tanjung, Kecamatan Teluk Bintan. Ia memilih lokasi ini bukan tanpa alasan. Sebab selain keindahan mangrove di daerah tersebut, juga masyarakatnya sangat ramah tamah.
“Kami memilih tempat ini karena manggovenya masih terlindungi. Selain itu, masyarakatnya juga sangat ramah. Sehingga jika ada turis (wisatawan) yang datang, masyarakat akan menyambut dengan baik,”ujarnya.
Ditambahkan Endri, kearifan lokal juga seperti melakukan ritual tradisional akan menjadikan daerah tersebut lebih berpotensi untuk dijadikan objek destinasi wisata baru. Karena selain menikmati wisata, kebanyakan wisatawan tertarik dengan kebudayaan-kebudayaan serta kebiasaan masyarakat yang bersifat tradisional untuk dijadikan objek tujuan wisata.
“Karena itu, kita akan bangun homestay homestay disini, sehingga selain wisatawan bisa menikmati hutan mangrove juga bisa melihat lebih dekat masyarakat disini yang kearifan lokal tetap lestari,” ungkapnya.
Alhasil, rencana para mahasiswa yang dipimpin oleh dosen ini mendapat respon baik dari warga setempat. Warga setempat, Harry, selama ini warga sekitar menemui kendala terhadap pengembangan wisata mangrove setempat. Namun kehadiran para mahasiswa Sitisipol kali ini seakan membawa angin segar.
“Kami menyadari manggove ini dapat dikembangkan sebagai objek wisata. Namun selama ini kami menemui kendala karena kurangnya keahlian dalam mengelolanya. Dan alhamdulilah, kami menggap kedatangan mereka ini ibarat angin pahlawan desa kami.”pungkasnya.