CENTRALBATAM.CO.ID, JAKARTA – Penantian panjang umat Islam Indonesia untuk bisa menunaikan ibadah umrah sebentar lagi akan berakhir.
Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi sedang mencapai tahap akhir pembahasan mengenai prosedur serta persyaratan kesehatan untuk mengikuti umrah.
“Kedutaan telah menerima informasi dari pihak berkompeten di Kerajaan Saudi Arabia perihal pengaturan dimulainya kembali pelaksanaan umrah bagi jamaah umroh Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Sabtu (9/10/2021).
Artinya, Indonesia akan diizinkan kembali mengirim jemaah umrah dalam waktu dekat.
Keputusan Arab Saudin bertepatan dengan beberapa pelonggaran terkait ibadah umrah yang diumumkan Jumat pekan lalu.
Aturan ini mulai berlaku, Minggu kemarin.
Seperti dilansir centralbatam.co.id dari Arab News, kuota jemaah haji dinaikkan dari menjadi 100 ribu per hari.
Syarat umrah yang sebelumnya wajib karantina, juga diperlonggar.
Calon jemaah cukup vaksin lengkap dengan suntikan vaksin kedua 48 jam sebelum umrah, termasuk syarat memasuki dua masjid suci di Makkah dan Madinah.
Hanya saja, Kerajaan Arab Saudi hanya menyetujui empat vaksin yang sudah mendapat izin edar dari Kerajaan.
Keempatnya adalah Oxford-AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, Johnson & Johnson, dan Moderna.
Bagi yang menggunakan vaksin Sinopharm atau Sinovac, calon jemaah harus mendapat satu kali suntikan booster dari empat vaksin yang diizinkan.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Firman M Nur menyebutkan, tarif umrah sampai saat ini masih merujuk pada harga referensi November 2020, yaitu Rp 26 juta.
“Apakah masih ada tambahan lagi? kami masih menunggu kepastian final ketentuannya,” kata Firman.
Menurutnya, penyesuaian tarif akan dilakukan jika masih ada kewajiban karantina lima hari sebelum berangkat umrah, begitu juga saat pulang dari Arab Saudi.
Dalam beberapa hari ke ini, pihaknya akan terus berkordinasi dengan kementerian terkait untuk finalisasi hal-hal tersebut.
“Diharapkan, ketika dibuka beberapa hari ke depan, kita sudah siap, sehingga keberangkatan bisa dilakukan,” jelas dia.
Firman juga menuturkan, pihaknya akan memprioritaskan jemaah yang umrahnya tertunda sejak Februari 2020.
“Prioritas kami adalah kami konsen sekali agar jemaah-jemaah yang tertunda keberangkatannya sejak Februari 2020,” jelas dia.
Firman berharap agar pemerintah memastikan barcode vaksinasi bisa dibaca dan diakses oleh Arab Saudi. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa jemaah sudah benar-benar divaksin lengkap.
Meski demikian, ia menyebut bahwa Arab Saudi sudah semakin membuka diri terkait perkembangan penanganan pandemi di seluruh dunia.
“Karena umrah dibuka dengan kondisi vaksin sudah ada, sehingga jemaah-jemaah yang datang dengan vaksin penuh dan dibuktikan PCR negatif, mereka sudah bisa menunaikan ibadah,” jelas dia.(mzi)
