CENTRALBATAM.CO.ID, LIBYA-Seorang wartawan foto Belanda ditembak mati oleh penembak jitu atau sniper yang diduga anggota ISIS saat melaporkan pertempuran di kota Sirte, Libya. Jeroen Oerlemans (45) tewas saat ia keluar dengan tim yang membersihkan ranjau.
Oerlemans tewas saat ia memberikan laporan dari bagian kota yang baru dibebaskan dari kontrol ISIS. Dia bekerja di Libya untuk berbagai media termasuk majalah mingguan Belgia Knack, yang mengkonfirmasi kematiannya. Pengumuman di website Knack mengatakan wartawan itu ditembak saat bertugas memberikan laporan.
Dr Akram Gliwan, juru bicara rumah sakit di Misrata di mana pejuang pro-pemerintah dirawat, kepada kantor berita AFP mengatakan bahwa fotografer itu ditembak di bagian dada oleh penembak jitu ISIS.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders mengatakan Oerlemans adalah seorang wartawan yang terus bergerak disaat orang lain berhenti.
“Dia selalu mengambil foto berita dari tempat-tempat berbahaya di dunia. Sangat menyedihkan jika kini ia harus membayar mahal untuk itu,” katanya.
Terpisah, Juru bicara operasi militer Al-Bunyan Al-Marsous di Libya, Reda Essa, yang dilansir CNN, mengatakan wartawan foto Jeroen Oerlemans tertembak di dadanya dan tewas seketika.
Oerlemans dikenal sebagai wartawan yang kerap bersinggungan dengan militan. Sebelumnya pada tahun 2012, Oerlemans diculik oleh militan di Suriah, namun dibebaskan sepekan kemudian.
Saat itu dia diculik bersama dengan John Cantlie wartawan Sunday Times of London. Setelah dibebaskan sepekan kemudian, Cantlie kembali diculik di tahun yang sama di Suriah oleh ISIS dan masih belum dibebaskan hingga sekarang.
Turut diculik bersama Cantlie pada 2012 adalah James Foley, wartawan Amerika Serikat yang tewas dieksekusi ISIS.
Duta Besar Belanda untuk Libya, Eric Strating, mengucapkan belasungkawa sembari memuji karya-karya Oerlemans selama meliput di daerah konflik.
Oerlemans meninggalkan seorang istri dan tiga anak yang masih kecil. Pria berusia 45 tahun ini pernah bertugas di berbagai wilayah konflik, di antaranya Afghanistan, Suriah dan Libya serta meliput perjalanan pengungsi menuju Eropa.
Komisi untuk Perlindungan Jurnalis, CPJ, menyatakan bahwa Oerlemans adalah wartawan ke-10 yang tewas di Libya sejak konflik di negara itu dimulai pada 2011.
“Jurnalis banyak berdatangan ke Libya untuk meliput konflik dan pergolakan politik, tapi negara itu masih merupakan tempat yang luar biasa berbahaya,” ujar pernyataan CPJ.
“Kematian Jeroen Oerlemans jadi pengingat bahwa mereka yang menyajikan kisah dan gambar dari garis depan biasanya membayar dengan mahal,” lanjut CPJ.
Kota pesisir Sirte adalah salah satu markas terakhir ISIS di Libya yang saat ini tengah digempur oleh tentara yang dibeking AS. Al-Bunyan Al-Marsous adalah salah satu organisasi militan yang terlibat dalam penyerbuan ISIS di Sirte.
Penembak jitu dan bom rakitan menjadi andalan ISIS dalam menyerang musuhnya di wilayah mereka. Seorang dokter mengatakan, sniper ISIS ingin memastikan target mereka benar-benar tewas, atau setidaknya tidak akan bisa berperang lagi.
“Sniper biasanya menyerang tulang belakang. Mereka memilih tulang belakang karena bisa menyebabkan luka pada otak atau jantung jika selamat,” kata Nabeel Aqoub, dokter di Sirte.