CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM – Mohammad Syaifudin alias Abah bin H. Misbahuddin, guru ngaji mesum yang biasa mengajar para santrinya di Puri Agung III, Blok B-6 nomor 35, Kelurahan Mangsang, Kecamatan Sei Beduk, Batam akhirnya dijatuhi hukuman oleh Ketua Majelis Hakim, Mangapul Manalu di Pengadilan Negeri (PN) Batam, Rabu (2/11/2016) sore.
Guru ngaji itu dihukum, lantaran terbukti berbuat tidak senonoh kepada 6 orang santrinya yang masih dibawah umur. Akan perbuatannya itu, iapun dihukum dengan pidana penjara selama 8 tahun, denda Rp 100 juta.
“Dengan ketentuan, apabila denda tersebut tidak dibayarkan. Maka haruslah digantikan dengan kurungan selama 4 bulan penjara,” ucap Ketua Majelis Hakim, Mangapul Manalu, didampingi Hakim Anggota, Jasael dan Muhammad Chandra.
Dalam perkaranya, terdakwa dijerat dakwaan tunggal Jaksa Penuntut Umum (JPU) Andi Akbar, dengan ketentuan Pasal 82 ayat (2) Jo Pasal 76E Undang-undang RI Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Jo pasal 65 ayat (1) KUHP.
Atas jeratan Pasal dan pertimbangan yang diambil, Majelis Hakim sependapat dan menyatakan terdakwa terbukti bersalah. Karena itu, ia haruslah dikenakan sanksi sesuai perbuatan sebagaimana diatur dalam ketentuan dawaan tersebut.
Dalam perbuatannya, guru ngaji mesum ini diketahui berbuat asusila kepada 6 orang santri yang masing-masing berinisial Yn, IS, Ra, Za, Ka, Nu dan Ad.
Keenam santri itu pun mengaku secara tegas, bahwa guru ngaji yang kerap disapa Ustad Abah itu sering melakukan aksi-aksi mengejutkan yang tentunya membuat keenam korbannya tidak nyaman.
Sepak terjangnya pun terkuak, atas aduan keenam santri yang melaporkan perbuatan sang guru ngaji kepada orangtua masing-masing.
“Dalam persidangan, terdakwa mengaku tidak pernah melakukan hal tersebut. Namun berdasarkan bukti dan keterangan yang ada, terdakwa dinyatakan bersalah,” ucap Mangapul lagi.

“Putusan ini lebih ringan 1 tahun dari tuntutan JPU. Terdakwa dan Penasihat Hukum (PH) memiliki hak menerima, pikir-pikir atau banding,” imbuhnya.
Menanggapi penegasan sang Hakim Ketua, terdakwa yang didampingi PH Elisuwita, SH menyatakan sikap pikir-pikir. Sikap itu dinyatakan, mengingat cakupan vonis yang dijatuhkan sangat berat.
“Saya pikir-pikir Yang Mulia,” ungkap terdakwa.
Sementara, seluruh keluarga korban mengaku senang dengan ketegasan Majelis Hakim. Penerapan hukuman 8 tahun penjara itu dinilai tepat, mengingat perbuatan terdakwa sangat tercela.
“Apalagi terdakwa itu guru ngaji, apa pantas guru ngaji berbuat begitu? Biarkan saja, biar jera,” kata keluarga korban, yang kemudian membubarkan diri usai persidangan.
