CENTRALBATAM.CO.ID, BINTAN –Bukit Kerang di Kelurahan Kawal, kecamatan gunungkijang, Kabupaten Bintan, selama ini hanya dikenal sebagai Situs peninggalan manusia zaman purba. Karena keberadaan situs diperkirakan sudah ada sejak manusia zaman batu, membuat situs ini banyak dikenal.
Berdasarkan dari informasi yang diperoleh centralbatam.co.id di lokasi yang paling bersejarah di Bintan ini, Kamis (16/2/2017) dari beberapa warga sekitar mengaku bukit ini memiliki harta karun hingga trilliunan rupiah. Harta karun itu katanya sebagian dari peninggalan manusia pada zaman purbakala. Sedangkan yang lebih banyak berasal dari warga China yang berlayar ke perairan Bintan pada zama Dinasty Ming di abad 1.400 Sebelum Masehi (SM).
“Kalau harta karun dari zama purba tidak banyak, paling berupa artefak peralatan yang dipakai dizaman itu. Itu memang nilainya sangat tinggi, namun yang lebih banyak itu saat warga China berlayar ke Bintan ini dan membawa banyak harta berupa emas batangan serta guci, piring yang saat ini banyak dicari orang juga ada didalam itu. Kalau sekitar Rp 10 Triliun adalah dibawah sana,” ujar warga setempat, Ijun ditemui di lokasi situs bukit kerang.
Ijul menceritakan, berdasarkan dari cerita turun temurun dari generasi ke generasi, asal muasal dibangunya bukit kerang ini karena niat ketua suku zaman itu membangun sebuah kerajaan ditempat itu. Namun karena mereka (manusia zaman purba) belum memiliki keahlian seperti sekarang ini membuat bangunan kerajaan itu tidak bisa berdiri.
Masih cerita Ijun, saat puluhan warga zaman itu sedang berupaya mendirikan tiang kerajaan yang juga terbuat dari kulit kerang membuat seluruh bangunan dan itu runtuh dan berbentuk gunung seperti saat ini. “Tidak mau sia-sia hasil jerih payah mereka, merekapun menjadikan bukit kerang ini sebagai tempat penimbunan harta karun,” kisah, Ijun.
Karena peralatan yang dipakai masyarakat kuno hanya terbuat dari batu membuat mereka tidak terpikir membangun kerajaan dari kayu. Dan karena batu juga dilokasi sekitar susah ditemui membuat mereka membangun dengan kulit kerang karena dapat melindungi diri dari terik matahari.
“Kalau alasan yang saya dengar dan masih ingat dari kakek, mereka membangun dari kulit kerang karena dingin,” cerita Ijun.
Mengumpulkan kulit kerang sebanyak sekarang ini, lanjut Ijun mengisahkan, tidak mudah. Mereka butuh hingga belasan tahun. Sebab masyarakat pada zaman ini kata Ijun memulai melakukan sesuatu saat bayi lahir. Tujuannya agar mereka bisa mendai sebesar apa bayi itu setelah usahanya selesai.
“Mereka dulu tidak ada kalender, namun saat bayi yang dulunya pas lahir saat dimulai pembangunan sudah sebesar orang dewasa,” kisah pria yang mengaku hobby mendengar cerita sejarah ini.
Ditanya bagaimana trasmigrasi asal China menyimpan harta karun di Situs ini, Ijun menceritakan dari penuturan tetangganya salah satu turunan yang bertransmigrasi saat itu mengatakan karena hanya Bukit Kerang ini bangunan yang ada pada saat itu. Namun kata Ijun, harta itu tidak bisa diambil karena dijaga oleh dua sosok wanita (Makhluk halus). Dan kalau siapapun yang mengambil yang itu katanya akan kena kutukan hingga 7 turunan.
“Kalau orang pergi kesini (Bukit Kerang) niatnya ambil harta karun pasti bukit ini hilang. Dan lagi kutukan 7 turunan tidak akan hilang dari orang itu,” aku Ijun alias Saridon. (Ndn)
