CENTRALBATAM.CO.ID, JAKARTA – Mudmainah (28), warga Kelurahan Cengkareng yang tega menghabisi nyawa anaknya yang masih berusia 1 tahun. Ternyata punya sepenggal kisah, sebelum aksinya yang membabi-buta memutilasi bayi malang itu.
Ya, ia sempat bekerja sebagai pemandu para pemain Golf yang dikenal dengan sebutan Caddy Golf. Ditengah karirnya, ia akhirnya mengenal Aipda Deni Siregar di akhir 2009 silam.
Sejak saat itu, hubungan spesialpun mulai bertaut. Saling memadu kasih dan cinta. Akhirnya Aipda Deni dan Mudmainah terus melanjutkan hubungannya.
Sayang beribu sayang, hubungan keduanya pun mulai kandas ketika mantan Caddy Golf itu mengetahui Aipda Deni telah memiliki seorang istri dan anak. Mudmainah pun mulai bingung dan stres, serta tampak lebih sering menyendiri.
Sempat diobati oleh orang pintar, Mudmainah sempat pulih dan kembali ceria. Malah ia sempat bertemu dengan seorang security dan kembali saling jatuh hati.
Namun lagi-lagi, ia mendapati bahwa sang Security tersebut juga telah beristri. Rasa sedih dan kesalnya pun kembali kumat.
Stres, penuh kebencian, dendam dan marah yang tak terbendung. Begitulah penampakan Mudmainah dikala ia mengingat betapa pahit kisah cintanya itu.
Berulang kali mengenal pria, namun tak satupun yang menyenangkan hati dan batinnya. Tak lama, ia pun kembali bertemu dengan Aipda Deni.
Kala itu, ia mengatakan tengah mengurus perceraian dengan istri pertamanya. Percaya akan hal itu, Mudmainah sempat berbunga-bunga.
Ditengah hubungan yang dijalin untuk kedua kalinya bersama Aipda Deni, mantan Caddy Golf inipun hamil. Tak bisa menolak dan lari dari kenyataan, Mudmainah dan keluarganya pun terpaksa menerima pernikahan keduanya.
Bukannya bahagia, pernikahan itu berlangsung dalam suasana tragis dan histeris. Mendapat ancaman, kekerasan, serta tak pernah dipedulikan. Membuat Mudmainah yang telah melahirkan anak pertama, hasil padu kasih bersama Aipda Deni kembali stres.
Akhir dari kisah stres Mudmainah inilah yang membuatnya tega memutilasi anak kandungnya sendiri yang masih berusia 1 tahun itu. Kondisi kejiwaan yang tampak tergoncang hebat, membuatnya tak mampu mengendalikan emosi yang akhirnya berujung aksi kriminal.
