Secara tidak sengaja, tadi saya bersama teman-teman dari salah satu instasi (maaf tidak disebutkan lantaran beliau tidak ingin disebutkan) secara tak sengaja bicara masalah covid-19 yang sedang melanda tanah air.
Spontan saya terkejut karena diberitahu saat ini Indonesia memimpin klasmen sementara terbanyak positi kasus coronavirus yang namanya kini menjadi covid-19. Bukan tanpa alasan, karena selama beberapa hari terakhir saya selalu mengikuti perkembangan covid-19 di tanah air, Asean, Asia hingga dunia.
Jika saja Indonesia dalam satu hari langsung meloncat menjadi juara satu karena SEA Games maka tentu ini sebuah kebanggaan. Tapi bagaimana dengan peningkat kasus covid-19? Tentu ini sangat memalukan. Pasalnya, meskipun dulu WHO sempat memperingati kita beberapa kali terkait virus ini, namun dengan bangga salah satu pejabat kita menyebut WHO menghina meskipun pada akhirnya justru kewalahan menangani virus yang sudah membunuh hampir 600 orang di bumi pertiwi ini.
“Kasus covid-19 di Wuhan, Cina langsung teratasi karena lockdown. Kemudian di India dan Malasyia juga peningkatan positif corona sangat lamban. Hal ini karena Negara-negara itu langsung berlakukan lockdown. Negara kita berlakukan sosial distancing kemudian saat ini muncul lagi PSBB. Kenapa tidak lockdown sekalian,” kata kawan saya itu.
Menurutnya lockdown sangat effective lantaran masyarakat tidak diperbolehkan kemana-kemana. Sehingga begitu ada yang positif covid-19 dengan mudah ditelusuri lalu di karantina.
Secara pribadi saya lebih menyetujui lockdown daripada social distancing apalagi Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB). Alasan menilai lockdown lebih tepat karena memang untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 hanya dengan hilangnya hubungan dari invidu ke individu. Jadi jika pun ada yang suspect covid-19 maka hanya dalam satu keluarga itu yang tertular.
Ibarat makan buah silamakama. Jika pemerintah melakukan lockdown tentu ratusan dan mungkin ribuan triliun rupiah harus disiapkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menyediakan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah agar lockdown itu nanti dapat berjalan sesuai rencana.
Simala kama pertama, diberbagai daerah BLT atau sembako yang dibagikan ke masyarakat nyatanya tidak sesuai harapan. Hal ini kita bisa cek kebenarannya yang dimuat oleh media yang besar di tanah air seperti ; https://www.liputan6.com/news/read/176806/uang-blt-dipotong-aparat-desa, dan https://www.merdeka.com/peristiwa/pengakuan-warga-depok-dana-blt-dipotong-rp25-ribu-dengan-dalih-uang-administrasi.html
Kedua berita yang dimuat itu baru yang ketahuan. Bagaimana yang belum ketahuan? Percayalah, kasus seperti ini saya yakin di hampir 50 persen terjadi di tanah air mengingat budaya korupsi yang masih kuat.
Simala kama kedua. Sebelum adanya wabah ini saja Negara ini terus meminjam duit ke luar negeri yang nilainya hampir Rp 5 ribu triliun. Hal ini yang membuat pro-kontra saat pemerintah ingin meminjam lagi.
Simala kama berikut. Penguasa Negara kita adalah orang-orang politik. Artinya rata-rata orang politik berada pada level ekonomi menengah keatas.
Meskipun menjadi pengendali di negeri ini, hingga saat ini kita bisa menghitung dengan jari berapa jumlah orang politik yang bersedia memberikan sebagian hartanya untuk membantu wabah ini.
Saya bukan seorang ahli, saya hanya seorang wartawan dan tentu sebagai warga Negara Indonesia. Apa yang saya tulis disini tidak lain bagian dari hak saya dalam berpendapat membela bangsa yang saya cintai ini.
Terlalu panjang saya tulis juga membingungkan, untuk itu saya ingin memberi solusi.
Solusi pertama adalah, seluruh orang-orang politik harusnya mewajibkan diri menyumbang antara 10 hingga 30 persen hartanya. Orang-orang kaya juga demikian. Uang itu kemudian dikumpul lalu dibagikan ke setiap keluarga minimal 3 karung beras dengan berat 30kg. ditambah dengan telur, Indomie dan lauk pauk lainya.
Jika saja orang-orang politik menolak, oke itu hak mereka. Solusi terakhir pinjam uang ke luar negeri lagi Rp 1 ribu triluan lalu bagikan ke seluruh masyarakat Indonesia agar adil. Artinya,biar lah kita sakit sakit sekali daripada wabah ini terus menghantui.
Karena kalau hanya sebatas sosial distancing atau PSBB, percayalah! Wabah ini akan terus berkembang lantaran orang miskin di negara kita lebih banyak. Sementara, seperti kita ketahui isi sembako yang dibagi juga paling lama seminggu sudah habis.
Terimakasih
