CENTRALBATAM.CO.ID, LINGGA – Penampilan tari kreasi atau tari kolosal dari para guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Singkep Pesisir menarik perhatian, peserta upacara yang berlangsung di lapangan Kantor Camat Singkep Pesisir, Kamis (25/11/2021).
Setidaknya ada 38 guru wanita saat itu, yang tampil menghibur para peserta upacara, dengan kostum dan properti tari yang mereka kenakan.
Aksi tari kreasi atau tari kolosal dari para guru ini sempena memperingati Hari Ulang Tahun PGRI ke-76 yang bersamaan dengan Hari Guru Nasional 2021.
Dalam pertunjukan tarian itu juga, para penari membawa sebuah bunga telur dan diberikan kepada tamu undangan yang hadir saat itu.
Beberapa tamu yang hadir antara lain seperti Sekda Pemkab Lingga Syamsudi, Kadis Pendidikan Junaidi Adjam, dan juga Wakil Ketua I PGRI Lingga Darwis Bendaot. Dan juga Perwakilan Kejari ataupun Polres Lingga.
Penata Tari, Boy Andika mengatakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan tersebut lebih kurang selama satu bulan.
Boy menjelaskan, dalam tarian tersebut dengan konsep mengangkat gerak tari kreasi, yang mengangkat dasar tari tradisi, terutama adat budaya.
Ia menyebutkan, dalam tarian itu adat budaya yang ia angkat untuk menggambarkan tentang gotong royong di acara perkawinan.
“Jadi judul tarinya ‘Junjung Adat Budaya Negeri’, supaya nampak bahwa kita dengan adanya guru, yang merupakan sumber ilmu dari anak-anak. Dari ilmu yang ada itu, adat budayalah yang kita utamakan,” kata Boy kepada TrinunBatam.id.
Melalui tarian itu, Boy menjelaskan peserta bisa tau bahwa budaya negeri itu adalah hal yang harus dijaga.
“Dan saya berharap kepada guru-guru di Singkep Pesisir ini juga untuk tarian ini dilatihkan lagi kepada anak-anaknya, sehingga tarian ini menjadi sesuatu yang dapat mengenalkan dengan anak dengan tarian, gerak tari seperti apa, dan tahu bahwa tradisi itu begitu,” jelas pria yang mengajar di SD Negeri 002 Singkedijaga
Boy menyebut, beberapa properti yang dibawakan penari dari kalangan guru-guru ini, yakni sebuah pahar atau tempat bunga telur, bunga telur, dan sebuah talam.
“Pahar ini sengaja dibuat dengan cipe atau mangkok plastik, dengan tempat sendok itu digabungkan sehingga membentuk seperti pahar orang Melayu,” kata Boy.
Boy menjelaskan, bunga telur merupakan sesuatu hal yang diberikan kepada para tamu atau orang membantu, sebagai cindera mata dalam budaya orang Melayu.
Sementara properti talam, dimaksudkan dengan konsep yang identik pada suatu kegiatan kenduri atau Kegiatan yang bersifat keramaian dalam tradisi masyarakat Melayu.
“Dalam pertama tarian mereka berbisah, pertama penari yang membawakan bunga telur dulu yang maju, dilanjutkan dengan penari yang membawa talam, dan mereka bergabung bersama. Dan inilah maksud dari segi gotong royong tadi,” ucapnya. (fyd)