CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM – Puluhan tahun tak terjangkau instalasi kelistrikan, membuat masyarakat di Tanjungbanun, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang kerap dihampiri kegelapan saat malam tiba.
Selama puluhan tahun inilah, masyarakat sekitar selalu berharap agar pemerintah dan Bright PLN Batam dapat merasakan apa yang warga alami. Berada dalam kegelapan, dengan berbagai bahaya yang mengancam.
Tak sedikit, ratusan warga di lokasi itu sangat berharap sarana kelistrikan tanpa hambatan segera melingkupi perkampungan yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan lepas itu.
Tidak peduli seberapa pun tarif yang bisa saja dikenakan, warga hanya mementingkan agar lokasi itu dapat dilengkapi dengan sistem kelistrikan yang siaga 24 jam.
“Mau tarif nasional, mau tarif lokal. Kami bersedia (bayar, red), asalkan kami bisa nikmati listrik 24 jam,” kata S Panjaitan, salah seorang warga Tanjungbanun, mengungkapkan kisah hidupnya kepada jajaran Bright PLN Batam saat terjun ke masyarakat.
Hanya Dijatah 18.00-23.00 WIB
S. Panjaitan menceritakan, saat ini lokasi itu hanya mendapat jatah kelistrikan mulai dari pukul 18.00 hingga 23.00 WIB. Hanya terang dalam durasi 5 jam saja, Itupun dengan daya yang terbatas, yakni 2 ampere meter untuk satu rumah.
Jelas, kondisi ini sungguhlah memprihatinkan. Warga juga mengaku, untuk melanjutkan kekosongan daya listrik, pihaknya kerap menggunakan generator setting (genset) sebagai alat bantu penerangan darurat.
“Sekarang kami pakai genset bantuan pemerintah, hidupnya cuma lima jam saja, selebihnya nggak ada listrik lagi,” sambung guru SMK Negeri 6 Batam itu.

Durasi tambahan 5 jam dari genset itupun tidaklah gratis. Dia menuturkan, bahwa dengan tambahan 5 jam warga harus merogoh kocek Rp 100 ribu perbulan, untuk setiap kepala keluarga.
Tarif tersebut dipatok, untuk menanggulangi biaya bahan bakar genset dan biaya perawatannya.
Sementara, untuk fasilitas umum (fasum) seperti Masjid, Poliklinik Desa (Polindes) dan jalan masuk ke perkampungan, suami dari bidan desa di Tanjungbanun ini mengatakan masyarakat mendapat bantuan solar cell dari Bright PLN Batam. Bantuan itu diperoleh pada awal 2016 silam.
“6 unit di awal dan 6 unit tambahan di ahir 2016 lalu,” katanya.
“Sebelum ada bantuan itu, Polindes hanya melayani warga siang hari saja, karena kalau malam tak bisa ngapa-ngapain. Gelap. Tapi berkat bantuan PLN Batam, kini Polindes bisa beroperasi 24 jam,” jelasnya.
Pelayanan Polindes untuk masyarakat Tanjungbanun sangat diharapkan warga, mengingat jumlah kepala keluarga di sana mencapai 300-an.
“Ya, kita nggak tahu kapan musibah itu datang, kadang malam ada warga yang jatuh, luka dan perlu di jahit, atau ada warga yang mau melahirkan. Nah, kalau tak ada lampu penerangan, bagaimana? Apa bisa dilayani? Kan susah. Istri saya dulu kalau nangani pasien saat malam, harus pakai lampu teplok dan lampu senter yang ditempel di jidatnya, kalau tak seperti itu, ya tak bisa terlayani,” papar S. Panjaitan.
Tanjungbanun Vs Kendala Sistem Kelistrikan..
Beberapa waktu lalu, masih kata Panjaitan, Bright PLN Batam pernah melakukan survey dan pemetaan lokasi untuk penyambungann kabel listrik dari tiang di jalan Trans Barelang, menuju Tanjungbanun.
“Tapi sepertinya belum ada tanda-tanda pemasangan, karena memang jarak dari jalan utama itu ke kampung kami sekitar 6 kilometer. Butuh sekitar 200 tiang listrik agar kabel sampai ke kampung kami, itu mungkin kendala yang dihadapi PLN. Makanya sampai sekarang, kampung kami belum bisa nikmati listrik,” imbuhnya.
Masyarakat Tanjungbanun pun sudah pernah mengajukan pemasangan listrik ini di setiap kali Musrembang tingkat kelurahan dan kecamatan, namun tetap saja belum berhasil.
“Sepertinya sulit betul, karena katanya daerah kami itu masih masuk area kerja PLN Tanjungpinang, jadi urusannya harus ke Tanjungpinang,” tutur Panjaitan.

Ia mewakili seluruh masyarakat Tanjungbanun, sangat berharap bantuan dari pemerintah dan Bright PLN Batam, untuk terealisasinya penyaluran energi listrik sampai ke perkampungan itu.
Mereka tak ingin lagi hidup dalam kegelapan dan ketakutan, takut dengan ancaman kebakaran, yang sangat dekat dengan mereka dan kapan saja dapat menghampiri mereka.
Sementara itu, Staf Humas Bright PLN Batam, Suprianto menjelaskan, sebagai perusahaan pelayanan publik dengan slogan mandiri tanpa subsisi tersebut, pihak bright PLN Batam siap mengaliri listrik ke Tanjungbanun dan sekitarnya, seperti yang saat ini sudah dilakukan perusahaan tersebut di Sembulang maupun belakang padang.
“Tapi untuk membangun jaringan itukan ada regulasi yang harus dijalani dan biaya, itu yang harus diperhitungkan, mengingat wilayah Tanjungbanun itu masih termasuk wilayah kerja PLN Persero Riau dan Kepulauan Riau,” terangnya.
Bright PLN Batam akan berkoordinasi dengan PLN Persero tentang rencana pembangunan instalasi tersebut. “Bisa misalnya PLN Persero membangun instalasi distribusi, sedangkan PLN Batam yang mengaliri dayanya dengan membangun jaringan distribusi 20Kv. Atau dibangun bersama-sama,” sambungnya.
“Atau, jika tidak ada titik temu nantinya. Kita juga bisa menempatkan mesin pembangkit di sana (Tanjungbanun, red). Cuma, kembali lagi, bagaimana mesin pembangkit itu bisa beroperasi, kalau PLN Batam tak bisa membeli bahan bakarnya,” sebut pria yang akrab disapa Rian ini.
Diakhir pemaparannya, Rian menyebut, salah satu alasan Bright PLN Batam mengajukan penyesuaian tarif, yakni untuk meningkatkan pelayanan sistem kelistrikan hingga ke daerah-daerah pesisir, yang saat ini belum terjangkau oleh Bright PLN Batam.
“Kami komitmen akan mengaliri listrik ke pesisir, asalkan kemampuan kami mencukupi untuk hal itu,” tandasnya.
