CENTRALBATAM.CO.ID, JAKARTA – Membeludaknya pasien positif covid-19 menjadi peluang bisnis bagi sejumlah rumah sakit (RS) yang ada di Jakarta.
Tidak mau melapaskan peluang tersebut, rumah sakit swasta pun ramai-ramai menawarkan paket untuk pasien yang menjalani isolasi mandiri.
Paket isolasi mandiri pun ditawarkan dengan harga yang beragam. Mulai dari Rp 2,,5 juta hingga Rp 10 juta.
Harga paket isolasi mandiri yang ditawarkan sesuai dengan lamanya waktu menjalani isolasi mandiri bagi pasien yang terpapar covid-19.
Lewat paket ini, para pasien Covid-19 tetap bisa mendapatkan pemantauan secara berkala oleh dokter atau tim medis meski hanya melakukan isolasi mandiri.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (Sekjen ARSSI) Ichsan Hanafi mengatakan paket isolasi mandiri ini respons atas peningkatan kebutuhan daya tampung bagi para pasien Covid-19.
“Menurut hemat saya ini karena akibat memang daya tampung rumah sakit sudah penuh, jadi memang sudah tidak bisa masuk ke rumah sakit lagi, jadi mungkin ditawarkan mereka tetap di rumah, isolasi di rumah nanti secara medis bisa dipantau sama rumah sakit,” tutur Ichsan, Jumat (25/6/2021).
Rumah sakit swasta pun telah mempromosikan paket isolasi mandiri ini kepada masyarakat. Salah satunya lewat media sosial.
Misalnya saja Rumah Sakit Satria Medika di Bekasi. Lewat akun Instagramnya @rssatriamedika, mereka menawarkan paket isolasi mandiri dengan harga Rp 4 juta selama 10 hari.
Dengan membayar biaya tersebut, pasien mendapatkan sejumlah fasilitas. Antara lain, telekonsultasi dokter spesialis, telekonsultasi dokter umum, pemeriksaan PCR, visit dokter umum, hingga obat.
Paket serupa juga ditawarkan oleh Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi di Jakarta Barat. Mereka menawarkan paket isolasi mandiri dengan harga Rp 2,5 juta untuk tiga hari hingga Rp 6 juta untuk 14 hari.
Fasilitas yang ditawarkan mulai dari multivitamin, cek kesehatan, makan, hingga snack.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi sebelumnya juga sempat menyinggung soal pemantauan terhadap pasien yang menjalani isolasi mandiri. Pemantauan ini, lanjutnya, dapat dilakukan dengan metode telemedicine.
Adib menilai pemantauan ini mesti dilakukan untuk mencegah kemungkinan pasien Covid-19 mengalami perburukan selama isolasi mandiri.
“Kenapa harus terpantau? jangan sampe kemudian masyarakat tidak tahu dengan kondisinya, datang ke fasyankes dalam kondisi yang tersaturasi sangat berat. Dan ini laporan yang kami dapatkan di lapangan demikian,” ujarnya.(cnn)
Sumber : cnnindonensia
Baca juga berita lain CentralBatam.co.id di Google News