CENTRALBATAM.CO.ID, JAKARTA – Sebanyak 190 dapur dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai beroperasi di 26 provinsi pada Senin (6/1/2024).
Program nasional yang diluncurkan di hari ke-78 masa kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto ini menandai komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia.
Kepala Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menyebut pelaksanaan MBG sebagai tonggak bersejarah.
“Ini adalah momen penting bagi bangsa kita. Untuk pertama kalinya, Indonesia menjalankan program nasional yang fokus pada pemenuhan gizi balita, anak-anak sekolah, santri, ibu hamil, dan menyusui,” ujarnya, Senin (6/1/2025).
Perluasan Secara Bertahap
Hasan menjelaskan, jumlah dapur MBG akan terus bertambah hingga mencapai target 937 dapur pada akhir Januari 2025. Pelaksanaannya dilakukan bertahap, menyesuaikan kesiapan masing-masing daerah.
Dapur-dapur ini tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Aceh hingga Papua Selatan.
Setiap Dapur MBG dikelola oleh Kepala SPPG (Satuan Pengelola Program Gizi) yang ditunjuk oleh Badan Gizi Nasional (BGN).
Kepala SPPG bekerja sama dengan ahli gizi dan akuntan untuk memastikan kualitas makanan, standar kebersihan, dan kelancaran distribusi.
Selain itu, BGN mengadopsi langkah berkelanjutan dengan menggunakan nampan stainless steel yang dapat digunakan kembali guna meminimalkan limbah.
Presiden Prabowo Subianto menekankan bahwa program ini menjadi prioritas utama pemerintah.
Ia bahkan meminta timnya tetap bekerja selama libur Tahun Baru untuk memastikan kelancaran pelaksanaan MBG, yang bertepatan dengan dimulainya tahun ajaran baru di sebagian besar sekolah.
Penguatan Karakter Santri
Program ini tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan gizi, tetapi juga berperan dalam membangun karakter peserta didik.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama telah mengeluarkan Surat Edaran No. 10 Tahun 2024 sebagai panduan pelaksanaan MBG di pondok pesantren.
“Selain memenuhi kebutuhan gizi, program ini juga menjadi media pembelajaran karakter bagi santri, seperti membiasakan berdoa sebelum makan, menghormati antrian, dan menjaga kebersihan,” kata Direktur Jenderal Pendis, Abu Rokhmad.
Ia mengajak para pemimpin pesantren memanfaatkan program ini untuk memperkuat nilai-nilai karakter peserta didik.
Tantangan dan Potensi Masalah
Namun, pengamat kesehatan dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengingatkan adanya tantangan yang harus diatasi.
Ia menyebut tiga potensi masalah, logistik dan distribusi, risiko penyalahgunaan dana, serta penurunan kualitas gizi akibat ketidaksesuaian standar.
“Distribusi makanan ke wilayah terpencil dengan infrastruktur terbatas menjadi tantangan. Selain itu, harus ada pengawasan ketat untuk mencegah penyalahgunaan anggaran dan memastikan standar gizi tetap terjaga,” ujar Dicky, Minggu (5/1/2025).
Sebagai langkah mitigasi, ia menyarankan penguatan pengawasan, pelibatan komunitas lokal, dan edukasi melalui posyandu atau lembaga swadaya masyarakat.
Dicky juga merekomendasikan penggunaan teknologi untuk memantau distribusi makanan serta diversifikasi menu agar lebih bervariasi dan memenuhi kebutuhan gizi.
Potensi Besar untuk Masa Depan
Jika dikelola dengan baik, program MBG berpotensi besar meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekaligus mendukung pembangunan sumber daya manusia unggul.
“Keberhasilan program ini bergantung pada komitmen semua pihak, dari pemerintah pusat hingga masyarakat. Evaluasi berkala sangat diperlukan untuk memastikan pelaksanaannya tetap optimal,” tutup Dicky.(Central Network/bur)