CENTRALBATAM.CO.ID, KARIMUN – Fakta mencengangkan diungkap Yayasan Rehabilitasi Sosial (Rehabsos) Sayang Anak Indonesia (Sado) Karimun.
Sekitar 50 persen dari 110 pelajar di tiga sekolah setingkat SMP di Kabupaten Karimun terindikasi positif narkoba, 20 persen diantaranya diduga mengkonsumsi narkoba jenis sabu-sabu.
Hasil tes urine yayasan binaan Kementerian Sosial RI tersebut juga diperkuat dengan hasil konseling dan assesment terhadap pelajar terindikasi positif pemakaian sabu-sabu.
“Kami punya alat tes urine standar WHO, jadi bisa dipercaya hasilnya. Tes urine tersebut juga atas permintaan pihak sekolah, jadi bukan kebenarannya bisa dipastikan,” ujar Pembina Yayasan Rehabsos Sado Karimun, Linda Theresia.
Hasil tes urine Yayasan Rehabsos Sado Karimun itu membuat Satres Narkoba Polres Karimun tertarik untuk menindaklanjutinya. Mereka berniat untuk menelusuri asal narkoba sehingga bisa masuk ke sekolah-sekolah tersebut.
Kasatres Narkoba Polres Karimun AKP Nendra Madiyatias mengaku sudah mengintruksikan anggotanya untuk berkoordinasi dengan Yayasan Rehabsos Sado Karimun terkait data awal narkoba di tiga sekolah tersebut.
“Namun kami belum dapatkan data konkritnya. Nanti akan coba koordinasi lagi. Kami akan telusuri dari mana pelajar tersebut peroleh narkobanya,” ujar Nendra, Senin (18/9/2017).
Hal hampir senada juga dikatakan Kapolres Karimun AKBP Agus Fajaruddin. Ditemui di Mapolres, Agus minta jajarannya untuk memberikan perhatian serius terhadap setiap laporan yang menyebutkan bahwa narkoba sudah masuk ke kalangan pelajar.
“Akan kami tindaklanjuti dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan di sekolah secara rutin. Kemarin anggota Koramil juga mengamankan anak-anak sekolah mengisap lem,” kata Agus, Senin.
Selain aksi penindakan, Agus juga berencana pihaknya mengencarkan giat-giat bersifat sosialiasi, salah satunya menggelar lomba cerdas-cermat anti narkoba tingkat pelajar.
Sebelumnya Linda Theresia, Pembina Yayasan Rehabsos Sado Karimun menduga kuat puluhan pelajar setingkat SMP di Karimun memperoleh narkoba jenis sabu-sabu dari oknum bandar yang berada di luar sekolah.
“Mereka peroleh dari luar sekolah, orang dewasa bukan dari lingkungan sekolah mereka. Mereka beli patungan atau istilahnya dipayungi secara bersama-sama,” terang Linda sepekan lalu.