CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM-Lebih dari 20 warga Tiban Koperasi, Kelurahan Tiban Baru Kecamatan Sekupang, mendatangi Dinas Penanaman Modal (DPM) dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pemko Batam di Gedung Mal Pelayanan Publik, Kamis (26/7/2018).
Kedatangan mereka ini berkaitan dengan terjangan banjir yang terjadi, Rabu (25/7/2018) lalu. Mereka bertemu dan melakukan audiensi dengan Kepala DPM PTSP Pemko Batam, Gustian Riau.
Pada kesempatan itu, ada tiga tuntutan yang dibawa warga untuk disampaikan kepada Wali Kota Batam. Pertama, meminta
untuk menghentikan aktivitas pengembang yang melakukan penimbunan di kolam retensi.
Kedua, meminta agar fungsi lahan dikembalikan seperti sedia kala untuk kolam retensi. Ketiga, meminta agar segala izin yang berkaitan dengan kegiatan pengembang dicabut.
“Kami mengajukan surat ke PTSP dan wali kota, diketahui Camat, Lurah. Isinya tuntutan warga,” kata Ketua RW 06 Tiban Koperasi, Mustaqfirin kepada wartawan.
Dikatakan, belum pernah sejarahnya selama warga tinggal di sana, mengalami kebanjiran seperti kejadian Rabu lalu. Adapun banjir yang terjadi itu, lebih disebabkan karena aktivitas pengembang yang menutup kolam resapan air tersebut.
“Kolamnya sudah ditimbun semua. Luasnya 1,3 hektare. Setiap hujan, biasanya air ditampung di sana. Tapi sekarang kolam itu sudah ditutup,” ujarnya.
Mustaqfirin mengatakan, ada 600 kepala keluarga yang tinggal di Tiban Koperasi. Sedangkan warga yang terdampak banjir kemarin, ada 40 rumah.
Warga lainnya, Anto Sujanto mengatakan, sebenarnya warga sudah lama mengingatkan pengembang untuk tidak menutup kolam retensi tersebut. Lantaran akan berdampak banjir bagi warga. Persoalan itupun sudah pernah mereka sampaikan kepada DPRD Kota Batam.
“Kami punya tim analisis sendiri. Kalau kolam itu ditutup akan banjir, dan sekarang terbukti,” kata Anto.
Menurutnya, dalam waktu 1 jam hujan turun saja, dampaknya sudah sedemikian parah. Apalagi jika hujan turun lebih dari 1 jam. Mereka khawatir dampak banjir yang terjadi lebih luas.
“Kejadian kemarin ini menimbulkan kekhawatiran bagi warga jika terjadi banjir lagi. Sementara kita tak tahu kapan hujan akan turun,” ujarnya.
Dampak banjir Rabu lalu saja, diakuinya cukup parah. Ketinggian mencapai seleher orang dewasa. Perabotan rumah rusak, kendaraanpun rusak. Barang-barang hanyut dibawa air. Warga yang terdampak banjir akhirnya mengungsi ke rumah warga lainnya.
Dikatakan, aktivitas pengembang itu sudah berlangsung sejak tahun lalu. Hanya saja kolam retensi yang ditimbun saat itu, belum seperti sekarang ini.
“Ditutup sebagian saja air sudah tinggi. Apalagi ditutup penuh,” kata Anto.(*)
