CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM-Oknum guru SDN 011 Sagulung, Kota Batam masih memperjual belikan buku pelajaran kepada siswa degan cara foto copy. Lebih parahnya lagi guru tersebut mewajibkan kepada murid untuk membeli dengan harga mahal.
Dalam aturan ditegaskan, bagi sekolah yang diselenggarakan pemerintah pusat atau daerah (sekolah negeri) tidak dibolehkan melakukan pungutan terhadap wali murid dalam bentuk apa pun.
Salah seorang wali murid yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada central batam mengatakan setiap anak yang sekolah di SDN 011 Sagulung diwajibkan untuk membeli buku yang disediakan oleh guru dengan harga mahal.
Adapun harga buku yang dipatok guru sekolah tersebut bervariasi, tergantung halaman buku dan kelas berapa. Ironisnya, harga buku yang di foto copy oleh guru tersebut lebih mahal dibandingkan degan harga di foto copy sendiri.
“Yang saya tau harga buku paket Tema 5Â kelas 3Â di jual dengan harga Rp 27 ribu sedangkan harga sebenarnya kalau di foto copy sendiri hanya 19 ribu. Kalau kelas lain saya tidak tau berapa gurunya menjual. Yang jelas guru itu menjual dengan harga mahal,” ujarnya, Minggu (15/1/17).
Atas kebijakan tersebut, dirinya merasa keberatan dan terbebani lantaran guru tersebut mewajibkan membeli kepada guru tersebut dan tidak boleh di foto copy sendiri.
Dia menambahkan, aksi jual buku oleh pihak guru tersebut sudah menjadi ajang usaha atau bisnis setiap bulan sekali diwajibkan murid untuk membeli buku.
“Kejadian ini sudah lama, tapi tidak ada yang berani menindak. Ini tidak boleh biarkan terus menerus ini namanya pugli,” ujarnya lagi.
Sementara salah satu wali murid lainnya Yusril mengatakan, sebelum LKS dilarang baru-baru ini, salah satu guru SDN 011 sudah meminta uang kepada wali murid dengan alasan guru tersebut yang akan membelikan, dengan harga 1 buku Rp 22 ribu sedangkan buku tersebut ada 5 macam yang harus dibeli dengan total harga Rp 110 ribu.
“Sedangkan harga 1 buku di toko buku Rp 18 ribu. Kalau 5 buku hanya Rp 90 ribu,” ujarnya.
Dia mengatakan, tidak mempersoalkan guru tersebut untuk mengambil untung dari penjualan buku, tapi yang jadi masalah setelah buku LKS dilarang. Guru tersebut tidak mau mengembalikan uang wali murid. Dia beralasan akan menganti dengan buku lain.
“Kemarin saya sudah temui gurunya katanya nanti ada buku lain. Tapi biar aja lah yang penting anak saya bisa belajar dari pada efeknya kepada anak saya nanti,” ujarnya lagi.
Dia berharap pemerintah terkait segera merespon keluhan orang tua wali murid tentang penjualan buku di sekolah lebih dipertegas lagi dan memberikan sangsi kepada guru tersebut.
