CENTRALBATAM.CO.ID, TEXAS-Serangan ransomware WannaCry mendadak jadi pusat perbincangan sejak akhir pekan lalu. Pemerintah negara dan lembaga swasta dipaksa menutup segala celah keamanan siber yang berpotensi dieksploitasi oleh peretas.
Namun seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar berhasil mencontohkan seperti apa serangan WannaCry.
Bocah bernama Reuben Paul asal Austin, Texas, Amerika Serikat, menunjukkan serangan WannaCry hanyalah porsi kecil dari potensi bahaya yang bisa terjadi melalui koneksi internet.
Paul ditunjuk menjadi pembicara di sebuah konferensi keamanan siber di Belanda. Membawa boneka, ia mengatakan “dari terminator sampai boneka beruang, benda apa pun atau mainan apa pun bisa dijadikan senjata.”
Untuk membuktikan omongannya, ia mempraktikkan sesuatu yakni menghubungkan bonekanya dengan internet melalui WiFi dan Bluetooth untuk menerima dan mengirimkan pesan.
Kemudian ia memindai seisi ruangan untuk mencari perangkat yang memiliki Bluetooth dengan menggunakan laptop yang sudah disambung ke peranti lunak Raspberry Pi. Tak lama puluhan nomor ponsel orang yang berada di ruangan itu berhasil diperoleh Paul.
Lalu dengan memakai bahasa pemrograman Python, Paul memanfaatkan salah satu nomor yang ia ‘curi’ untuk meretas masuk ke dalam boneka dan menyalakan lampu si boneka dan merekam suara pengunjung.
“Hampir semua benda yang terhubung internet punya fungsi Bluetooth … Pada dasarnya aku hanya menunjukkan bagaimana menghubungkannya dan memberi perintah, dengan merekam audio dan mengaktifkan lampunya,” ucap Paul kepada AFP seperti dilaporkan The Guardian.
Aksi Paul tersebut lantas mengejutkan semua orang yang hadir di World Forum di The Hague, Belanda, itu.
Paul mencontohkan bagaimana mainan seperti boneka yang dibawa tadi bisa dijadikan alat mata-mata, mencuri kata sandi, alat pelacak GPS, hingga menyulapnya untuk bertutur seperti manusia.
Paul menyebut perangkat rumah tangga yang terhubung internet seperti mobil atau kulkas tanpa disadari rentan akan serangan siber.
Bersama sang ayahnya, Paul berniat mengedukasi anak-anak dan orang dewasa untuk menyadari potensi celah keamanan di benda-benda sekelilingnya.
Mereka juga berniat mendorong pemerintah, ahli keamanan, dan produsen, untuk bekerja sama mengatasi potensi masalah yang ditemukan sang bocah.
Paul sendiri sejak usia belia disadari oleh ayahnya punya bakat begitu besar di bidang teknologi keamanan.
Pertama kali Paul mempelajari bidang ini dari ayahnya yang seorang ahli teknologi informasi. Lewat penjelasan sederhana, ia sanggup memahami cara kerja algoritma game Angry Birds.
“Dia selalu mengejutkan kami. Setiap kali kami mengajarkannya sesuatu, pada akhirnya malah dia yang mengajarkan kami,” ujar Mano Paul sang ayah.
Bakat Paul dalam mengendus celah keamanan di mainan pertama kali terjadi saat ia meretas sebuah mobil mainan. Setelahnya Paul sanggup meretas barang lain yang lebih rumit.(cnn/afp/tdg/ctb)
