CENTRALNEWS,JAKARTA-Seiring dengan semakin maraknya gejolak Gempa bumi yang terjadi dibeberapa belahan tanah air, beberpa saat yang lalu.
Turut mengundang pertanyaan besar dikalangan masyarakat, terkhusus bagi para pengamat Geologi yang ada di Indonesia.
Pasalnya, banyak sumber menilai akan ada puncak gempa yang mematikan, setelah terjadinya beberapa gempa sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut, Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hang Nadim, Batam melalui Philip Mustamu (Kepala BMKG) mengatakan peristiwa tersebut memiliki hal positif.
Hal positif yang dimaksud Philip, ternyata juga berjangka panjang dan patut disyukuri masyrakat Indonesia.
“Memang gempa itu kerugian sendiri buat kita, ada kerusakan bangunan, korban jiwa dan banyak lagi yang kita sebut kerugian. Namun dibalik bencana ini, masih ada hal positif yang patut kita syukuri,” kata Philip Mustamu, dalam perbincangan beberapa saat lalu.
Ya, secara tegas Philip menegaskan. Gempa bumi yang terjadi dibeberapa belasan nusantara beberapa saat lalu ini, dinilai patut disyukuri karena energi yang ada di Lithosphere atau kulit bumi, atau juga kerap disebut kerak bumi terlepas secara perlahan.
Pelepasan energi dari dalam bumi (endogen) inilah, yang selanjutnya menjadi hal positif bagi keberlangsungan kehidupan manusia didaratan Indonesia, yang notabenenya merupakan daerah yang dilalui lempeng aktif (Ring of Fire). Ia mendasarkan, besarnya energi yang ada tidak menumpuk.
“Untuk Ring of Fire atau cincin api disekiling Indonesia ini, sungguh besar energinya. Dengan gempa bumi yang terjadi, energi dari pertemuan antar lempeng yang ada bisa lepas secara perlahan, sehingga tidak terjadi penumpukan tenaga,” katanya.
“Pelepasan energi dalam ini, justru mencegah terjadinya bencana yang besar dan sebaliknya. Jika terjadi penumpukan energi, hingga tidak pernah terjadi gempa selama waktu yang panjang, bisa jadi gempa yang dahsyat akan melanda,” tegasnya.
Sebelumnya, gempa bumi telah mengguncang diwilayah Sumatera Barat dan Bengkulu pada 2 Juni 2016.
Kemudian pada 8 Juni 2016, gempa 6,4 SR juga mengguncang Maluku Utara dan Manado dan gempa ketiga terjadi pada 9 Juni 2016. Kali ini, gempa berkekuatan 6 SR di Samudera Hindia itu menerjang luar zona subduksi selatan Lombok yang getarannya terasa di Bali, Lombok, Sumbawa dan sebagian Jawa Timur.
Atas peristiwa kebumian ini, Philip menegaskan bahwa hal itu merupakan gejolak yang wajar terjadi melihat Indonesia ada diatas cincin api aktif.
“Intinya ini masih terbilang wajar, untuk itu seharusnya kita bisa jadi lebih was-was dan menjadi masyarakat siaga bencana. Dengan begitu, jikapun terjadi gempa, kan bisa menguasai hal-hal dasar dalam hal evakuasi atau penyelamatan,” tandasnya.