CENTRALBATAM.CO.ID, BINTAN –Sejak masuknya Covid-19 di wilayah Bintan tidak hanya sekedar membawa perubahan dalam kehidupan sosial budaya. Bahkan, berbagai rutinitas di lingkungan pemerintahan juga ikut terdampat perubahan tersebut.
Salah satu perubahan rutinitas senam misalnya di Kecamatan Topaya, Bintan. Sebelum pandemic Covid-19, akitifitas senam dilakukan hanya dalam moment tertentu saja. Namun, karena aktifitas fisik ini salah satu cara untuk mencegah penularan virus Covid-19, senam pun rutin dilakukan yakni dua sampai tiga kali seminggu.
Menurut Camat Toapaya, Neppy Purwanto, menurut hasil penelitian, orang yang rutin berolahraga lebih jarang terserang penyakit dibandingkan dengan orang yang jarang berolahraga. Sebab, saat seseorang berolahraga, kinerja sel darah putih akan terangsang. Sel darah putih ini yang berfungsi sebagai antibodi untuk melawan berbagai jenis kuman yang masuk kedalam tubuh.
“Makanya, dalam seminggu kami melakukan kegiatan senam dua hingga tiga kali,” sebutnya, Kamis (18/11).
“Menurut para ahli, olahraga dipercaya dapat membantu mengeluarkan bakteri dari paru-paru yang memungkinkan tubuh terkena gejala flu dan penyakit lainnya termasuk Covid-19. Ketika olahraga, suhu tubuh juga mengalami peningkatan. Dan ini dapat menghambat bakteri untuk berkembang dalam tubuh, dan dengan suhu tubuh yang meningkat juga dapat membantu tubuh melawan infeksi,” lanjutnya.
Setiap senam yang dilakukan di halaman Kantor Camat itu selalu melibatkan masyarakat dari kalangan pelajar hingga organisasi pemuda atau lembaga masyarakat yang ada di wilayah itu. Dan kepada masyarakat yang hadir pada saat itu diberikan kesempatan untuk mendapatkan hadiah door prize berupa alat rumah tangga.
“Door prize tidak setiap senam. Ini pertama kali karena kita berinisiatif untuk memancing minat masyarakat menerapkan prokes, rajin berolahraga serta ikut program vaksinasi,” sebutnya.
Alasan lainnya pihaknya menjadwalkan senam lebih sering juga sekaligus memberikan berbagai sosialiasasi kepada masyarakat terkait program pemerintah selama Covid-19. Mulai dari bantuan sosial, penerapan prokes hingga program vaksinasi sebagai langkah untuk menekan laju penyebaran virus yang pertamakali muncul di Wuhan, Cina itu.
Masyarakat perlu pemahaman terkait bantuan sosial supaya tidak terjadi kesalahan pengertian diantara warga agar tidak disalah mengerti. Sebab, dengan kurangnya pemahaman tentang bantuan sosial, dapat menyebabkan kesejangan di tengah masyarakat.
“Bantuan sosial ini tidak boleh double atau ganda. Misalnya, kalau sudah dapat atau terdapat dari pusat, maka dari Desa dan Pemkab tidak bisa. Jadi sebelum bansos dikuncurkan kami terlebih dahulu memamparkan siapa penerima serta alasannya,” ungkapnya.
Begitu juga pihaknya selalu memberikan pemahaman terhadap penerapan prokes di wilayah itu sebagai orang nomor di Kecamatan Toapaya.
Ia menjelaskan, prokes adalah upaya pertama dalam pencegahan virus yang pertama kali masuk ke Indonesia di awal Maret 2020 itu. Untuk itu, sosialiasi prokes sangat penting dilakukan selama virus yang sedang meresahkan dunia itu hilang selamanya di muka bumi.
“Virus ini sangat mudah menular melalui percakapan dan sentuhan. Dan langkah untuk mencegah penularan ini tidak lain dengan terus penerapan prokes dalam kehidupan sehari- hari. Jadi kita ingatkan terus kepada masyarakat agar selalu menerapkan prokes melalui kegiatan senam yang di kita adakan,” paparnya.
Begitu juga program vaksinasi yang dinilai sangat berperan dalam menekan penyebaran Covid-19. Karenanya, pada kesempatan senam pihak Kecamatan juga selalu mengingatkan warganya untuk memvaksinkan diri.
Perjuangan kecamatan Toapaya di bawah kepemimpinan Camat Toapaya mengendalikan Covid-19 melalui berbagai sosialisasi membuahkan hasil. Hal ini dibuktikan dalam sebulan terakhir tidak ditemukan kasus baru Covid-19 di wilayah itu.
Masyarakat di sana tidak pernah kelihatan yang tidak mengenakan masker. Dan saat ini bahkan hamper 100 warga sudah divaksin.
“Rutinitas senam tetap kita lanjutkan agar setiap perkembangan mengenai Covid-19 ini dapat terus ter –up date ke masyarakat kita,” punkasnya. (Setianus Zai/ Ndn)