CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM – Masalah kelangkaan air bersih yang dialami warga Batu Merah dan Tanjung Sengkuang selama dua bulan terakhir akhirnya dibahas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar Komisi III DPRD Kota Batam, Rabu (23/7/2025).
Ketua RW 8 Batu Merah, Arafah, mengungkapkan bahwa aliran air bersih di wilayahnya sangat terbatas dan hanya tersedia pada malam hari. Bahkan itupun tidak menyebar secara merata ke seluruh rumah warga.
“Air baru mengalir malam hari dan biasanya berhenti sekitar pukul 6 pagi. Banyak warga akhirnya terpaksa membeli air tangki, namun tidak semua mampu secara ekonomi,” ujarnya.
Arafah juga menuding pengelolaan air oleh PT Moya selaku operator dinilai tidak profesional. Ia menyayangkan kondisi tersebut, sebab sebelumnya suplai air tidak pernah bermasalah. Lebih ironis lagi, ia menyebutkan bahwa pasokan air ke sejumlah perusahaan di sekitar tetap lancar, sementara masyarakat justru kesulitan.
“Perusahaan malah airnya lancar terus. Padahal sejak tahun lalu kami sudah dijanjikan perbaikan. Tapi tidak ada perkembangan sampai sekarang,” tegasnya.
Menjawab keluhan warga, Direktur Badan Usaha Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) BP Batam, Iyus Rusmana, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah darurat dan jangka panjang guna mengatasi persoalan ini.
“Dalam waktu dekat, kami akan distribusikan air melalui tandon yang diisi rutin oleh mobil tangki. Sementara untuk solusi permanen, kami akan mengganti pompa lama peninggalan operator sebelumnya dengan empat unit pompa baru berkapasitas tinggi,” jelas Iyus.
Dia menambahkan bahwa peningkatan kapasitas distribusi juga akan dilakukan melalui pembesaran diameter pipa dan optimalisasi tekanan air menggunakan sistem gravitasi dari Reservoir Bukit Senyum.
“Saat ini distribusi air sementara kami lakukan di empat titik utama, dua di antaranya menjadi prioritas. Proses revitalisasi jaringan ditargetkan rampung secara bertahap hingga tahun 2026,” imbuhnya.
Iyus mengakui bahwa persoalan utama bukan terletak pada ketersediaan air, tetapi pada distribusinya yang belum merata. Ada daerah yang kelebihan pasokan, sementara lainnya kekurangan karena tekanan air yang lemah dan sistem pengaturan yang belum optimal.
“Air yang baru mengalir pukul 2 dini hari menunjukkan tekanan yang sangat rendah. Kami tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengaturan tekanan (PAP),” katanya.
Ketua Komisi III DPRD Batam, Rudi, menyampaikan bahwa pihaknya akan turun langsung ke lokasi untuk melihat kondisi riil yang dihadapi masyarakat bersama BP Batam.
“Kalau memang masalahnya ada di pompa, maka solusinya bukan sekadar tandon, tapi percepatan penggantian pompa harus dilakukan. Ini menyangkut kebutuhan dasar warga,” ujarnya tegas.
Rudi menilai krisis air bersih ini sudah terlalu lama dibiarkan tanpa penyelesaian tuntas. “Kita akan cari akar masalahnya. Jangan sampai masyarakat terus dirugikan. Pemerintah harus hadir dalam persoalan yang menyangkut kebutuhan hidup masyarakat,” pungkasnya.(dkh)

