CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM-Memasuki bulan kedelapan (Agustus, red) dalam tahun 2016, serta menjelang peringatan detik-detik Proklamasi 17 Agustus mendatang. Berbagai pernak-pernik khas ’17’ Agustus mulai bertebaran.
Tak hanya pernak-perniknya, pedagang ornamen kemerdekaan RI, yakni Bendera merah-putih pun mulai menjamur dan ada dihampir setiap sisi ditepian jalan keramaian di Batam.
Sejak menginjakkan posisi di 1 Agustus lalu, para pedagang tahunan ini mulai membuat lapaknya disekitar pinggiran atau tepatnya ditepi bahu jalan.
Penampakan ini nyata, disekitar jalan Gajah Mada Sekupang, Jalan Ahmad Yani Batam Kota, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Jenderal R. Soeprapto dan masih banyak posisi lainya yang juga digunakan para pedagang bendera untuk menjajahkan berbagai ornamen khas hari kemerdekaan.
Salah seorang pedagang, Jefri mengatakan, ia telah berdagang bendera sejak 12 tahun lalu. Terhitung sejak 2004 lalu, pria berusia 56 tahun di Agustus 2016 ini menyatakan telah menjajahkan dagangan khas kemerdekaan dilapaknya sebanyak 12 kali.
“Sekali setahun saya jual pernah-pernik kemerdekaan ini, mulainya dari 2004 lalu,” katanya.
Jefri menjelaskan, peminat pernak-pernik hari kemerdekaan cenderung menurun dalam 3 tahun belakangan.
Sejak tahun 2004 sampai 2013 ia mampu menjual 350 sampai 500 lembar bendera dengan berbagai ukuran setiap tahunnya. Namun mulai 2014-2016 ia hanya mampu menjual 70 sampai dengan 150 lembar bendera.
“Dulu, saya masih bisa terima sekitar Rp 500 ribu keuntungan bersih. Tapi sekarang itu, untungnya cuma sekitar Rp 80 sampai 250 ribu. Nah, tahun ini saya belum tahu bagaimana kondisinya. Yang jelas sudah ada 120 lembar yang terjual sejak 1 Agustus lalu,” ucap Jefri, sembari mengembangkan lapak merah-putihnya.
Dalam masa-masa kelamnya itu, Jefri kerap dipaksa pindah dan dilarang berdagang, bahkan diangkut barang dagangannya oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Leih dari 3 kali, ia harus berlari dari kejaran sang petugas untuk menyelamatkan barang dagangan yang menjadi harapan, untuk memenuhi keutuhan keluarganya itu.
“Pernah dikejar, dipukul, bahkan barang-barang dilapak saya diangkut. Saya memang salah dagangnya ditempat-tempat ini, tapi mau dagang dimana lagi?” imbuhnya.
Meski begitu, dia yang didampingi putera semata wayangnya ini terlihat antusias, untuk mengais rezeki meski dalam skala tahunan ini.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, setelah bulan kemerdekaan berlalu. Ia dan puteranya ini kembali menjadi Nelayan diperairan Kepulauan Riau, untuk biaya hidup keluarga dan pendidikan putranya, Rio Ananda.
Jefri berharap, dengan secercah harapan dari mengais rezeki sebagai penjual bendera tahunan. Ia hendak menyekolahkan puteranya itu, hingga menjadi Jenderal yang nantinya akan mengibarkan bendera untuk Indonesia, sama seperti yang dilakukan para Pejuang RI dan sama pula seperti yang dilakukannya tiap kali Agustus tiba.
“Saya mau Rio jadi Jenderal, jadi dia bisa ingat sejarah merah putih ini,” harapnya.