CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM – Pelaksanaan travel bubble Batam, Bintan-Singapura (BB-S) sepertinya harus tertunda lagi. Kapal perdana dari Singapura ke Pelabuhan Nongsapura Batam yang direncanakan bersandar Jumat (28/1/2022) dibatalkan oleh pemerintah Singapura.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Nongsa Sensation Andy Fong. Berdasarkan informasi yang didapatkan, pemerintah Singapura masih membicarakan pelaksanaan travel bubble ini secara internal.
Sejauh ini, kata Fong, Pemerintah Singapura, sejauh ini belum memberikan izin pengangkutan. “Masih kami tunggu izin dari Pemerintah Singapura,” ujarnya.
Andy Fong berharap pemerintah Singapura memberikan kelonggaran stay home notice (SHN) di Singapura sehingga travel bubble dua arah bisa segera terlaksana.
Sebelumnya, Andy Fong menyebutkan bahwa uji coba travel bubble BB-S dimulai Jumat kemarin untuk satu trip kapal membawa turis ke kawasan Nongsa.
Rencananya kapal itu berangkat dari Singapura pukul 12.00 WIB melalui Pelabuhan Tanah Merah, Changi, Singapura, dan tiba di Nongsapura Batam sekira pukul 14.40 WIB.
Dalam wilayah Nongsa Sensation, ada empat resort dan dua lapangan golf yang disiapkan untuk travel bubble ini.
Untuk resort adalah Montigo Resort, Batamview Resort, Nongsa Point Marina dan Turi Beach Resort. Sedangkan untuk golf adalah Tering Bay Golf dan Palm Spring.
Pelaksanaan travel bubble yang sempat dibicarakan dalam retret Presiden Joko Widodo dengan PM Lee Hsien Loong di Bintan, 25 Januari lalu, memang masih cukup rumit.
Dalam jumpa pers bersama, baik Jokowi atau PM Lee menyebutkan bahwa kebijakan ini harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Selain teknisnya harus dirumuskan lagi, juga karena mulai naiknya kasus Omicron di ke dua negara.
Kasus Covid-19 di Singapura Singapura, dalam tiga hari terakhir –di hari yang sama retret Jokowi-PM Lee– kembali mengalami lonjakan kasus di sekitar 5.000 kasus per hari.
Bahkan, kemarin pemerintah Singapura mengumumkan temuan sub-varian Omicron yang disebut BA.2. Sub-Omicron ini lebih menular dibanding pendahulunya, BA.1.
Kementerian Kesehatan(MOH) Singapura, Jumat (28/1/2022) menyebutkan, ada 48 kasus lokal dan 150 kasus impor sub-varian BA.2 Omicron pada 25 Januari lalu.(dkh)
Varian Baru
Untuk diketahui, sub-varian Omicron ini pertama kali diumumkan oleh otoritas kesehatan Denmark, Rabu lalu.
Varian yang disebut BA.2 ini kini mulai mengalahkan vbvarian terdahulunya yang disebut BA.2. Kasus ini juga diduga sudah menyebar ke beberapa negara namun dalam tingkat yang lebih rendah.
Hanya saja kecepatannya penyebarannya mulai menjadi perhatian sejumlah negara.
“BA.2 kabarnya lebih menular daripada BA.1, tetapi tanpa perbedaan yang signifikan dalam hasil klinis,” kata kementerian kepada wartawan seperti dilansir The Straits Times.
“Kami akan membutuhkan data dan studi lebih lanjut untuk memahami sepenuhnya implikasi keparahan, kekebalan dan penularan BA.2.”
Sub-varian BA.1 saat ini menyumbang 98 persen dari semua kasus secara global, tetapi di Denmark telah disingkirkan oleh BA.2, yang menjadi strain dominan pada minggu kedua Januari, kata Menteri Kesehatan Denmark Magnus Heunicke, Rabu (26/1/2022) lalu.
Hal ini membuat yang sebelumnya diperkirakan pada 1 Februari, bisa lebih panjang.
BA.2 tidak memiliki mutasi spesifik yang dengan mudah bisa dibedakan dengan varian Delta, namun lebih menuolar dibanding Omicron pendahulunya.
“Ada beberapa indikasi bahwa itu lebih menular, terutama bagi yang tidak divaksinasi, tetapi itu juga dapat menginfeksi orang yang telah divaksinasi ke tingkat yang lebih besar,” kata direktur teknis SSI Tyra Grove Krause.
Kasus BA.2 juga telah ditemukan di Inggris, Swedia, Inggris, Norwegia dan India, tetapi pada tingkat yang jauh lebih rendah daripada di Denmark.
Para ilmuwan terus mencermati sub-varian Omicron tersebut untuk menentukan bagaimana bisa mempengaruhi peta pandemi di masa depan. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengidentifikasi 400 kasus di Inggris dalam sepuluh hari pertama bulan ini.
Namun kasus BA.1 masih lebih dominan di negara itu. UKHSA juga mengindikasikan varian terbaru ini juga sudah menyebar ke 40 negara.
Hingga saat ini masih belum ada signifikansi perubahan genom virus BA.2 dibanding BA.1.
Namun, virus ini kini diketahui berkembang cepat di Asia.
“Yang mengejutkan kami adalah kecepatan sub-varian ini, yang telah beredar luas di Asia dan telah menguasai Denmark,” kata ahli epidemiologi Prancis Antoine Flahault kepada AFP.
“Semboyannya bukanlah panik tetapi waspada, karena untuk saat ini kami memiliki kesan, kasus BA.2, tingkat keparahannya sama dengan BA.1,” katanya.(dkh/tst/afp/rtr)