CENTRALBATAM.CO.ID, LINGGA – Terbakarnya kapal kayu pengangkut bahan bakar minyak (BBM) di perairan Desa Sungai Buluh, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terus mendapat sorotan.
Kapal yang terbakar saat pengisian BBM itu, tiga jam baru berhasil dipadamkan, Rabu (24/11/2021).
Dalam insiden tersebut, ternyata SPBB masih satu lokasi dengan SPBU, agen minyak tanah dan galangan kapal.
Musibah yang sudah terjadi lima kali ini sangat mersahkan masyarakat yang ada di sekitar wilayah SPBB tersebut.
Selain mendapat keluhan dari masyarakat, Pemerintah Kabupaten Lingga melalui Bagian Ekonomi Pemerintahan juga angkat bicara.
Kabag Ekonomi Pemerintah Kabupaten Lingga, Darmawan mengaku akan menyurati pihak PT Pertamina Sungai Buluh untuk memperhatikan SOP dalam pengisian BBM.
Dari Informasi yang ia dapatkan di lapangan, bahwa secara SOP atau administrasi dari Pertamina kurang diperhatikan
“Mungkin bukan ranah kita. Tapi kita sebagai mitra kerja kita bisa memberikan masukan-masukan,” ujarnya.
Ia mengatakan, pihaknya ada kegiatan rutinitas sebagai tim pengawasan penyaluran BBM.
“Jadi karena kejadian semalam memang di ketahui oleh publik, jadi saya singgung juga (dalam kegiatan rapat koordinasi-red pengawasan BBB), mana pengawasan kita,” kata Darmawan kepada media, Kamis (25/11/2021).
Dalam hal ini, Darmawan menjelaskan bahwa pengawasan insiden tersebut tidak ada kaitannya dengan tim pengawasan BBM.
“Karena tim yang kita bentuk ini, supaya minyak itu tepat sasaran, tepat harga, dan tidak terjadi gejolak di masyarakat,” ucapnya.
Setidaknya 81 drum yang terdiri dari 74 pertalite dan 7 solar itu tidak sampai ke kebutuhan publik, akibat insiden tersebut.
“Kalau seandainya minyak itu habis, tidak ada solusi, cepat kasi laporan kepada kami. Mudah-mudahan bisa kita carikan solusinya,” kata Darmawan.
Sementara itu Azam salah satu tokoh masyarakat Sungai Buluh mengatakan dekatnya lokasi pengisian BBM Pertamina atau di SPBB dengan pemukiman rumah warga, membuat sejumlah masyarakat menjadi waspada akan keselamatannya.
Dia mengaku, kejadian yang ini tidak hanya kali ini terjadi, namun sudah beberapa kali. Pasalnya kapal terbakar tersebut kejadian di area yang sama dan sudah lima kali, yakni di SPBB Pertamina Desa Sungai Buluh.
Hal ini membuat kekhawatiran baginya, jika sewaktu-waktu dengan kecerobohan seperti ini bisa berakibat merambatnya api ke Pertamina.
Ia menjelaskan, SPBB Pertamina di Sungai Buluh ini juga satu lokasi dengan SPBU, agen minyak tanah, dan galangan kapal atau tempat perbaikan kapal.
“SPBB masih satu lokasi dengan galangan kapal. Kami juga khawatir sebagai masyarakat, karena jika tidak ada aturan yang benar tentang prosedur pengisian minyak di Pertamina, suatu saat bisa berakibat terbakar ke rumah,” kata Azam.
Dia berharap Pertamina dan aparat terkait bisa tinjau ulang dan melakukan investigasi izin yang diberikan.
Pertamina harus periksa persyaratan, perlengkatan, instalisasi serta standarisasi SPBU dan SPBB di dalam 1 lokasi bersamaan.
“Izin lingkungan, amdal atau UKL/UPL apakah ada atau sudah sesuai karena luas lokasi SPBU dan SPBB dan galangan pengelasan atau perbaikan kapal hanya lebih kurang 2000 meter. Sementara tangki-tangki BBM di satu lokasi yang sama,” katanya.
Ia pun berharap, bisa mengantisipasi hal ini agar tidak terjadi kejadian yang sama di kemudian hari, bahkan bisa lebih parah.
Sementara itu, Camat Singkep Barat, Febrizal Taufik berharap pelaku usaha yang melakukan pengisian minyak, lebih melakukan pengamanan diri.
“Safety kan diri agar kejadian ini tidak terulang lagi,” ungkap Febrizal.
Dari apa yang Febrizal lihat di lokasi, tingkat keamanan pada prosedur pengisian minyak di Pertamina masih minim.
“Saya harap juga kepada pelaku usaha juga bertanggung jawab soal ini. Karena kapal yang terbakar dan sudah hanyut bisa berdampak pada Kelong setempat, karena ada tumpahan-tumpahan minyak yang jatuh ke laut,” jelasnya.(fyd)