CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM – Serangan radikalisme kembali menyasar tempat ibadah. Semalam, Minggu (9/4/2017) dua gereja Khatolik di wilayah, Tanta, Kairo, Mesir luluhlantak akibat ledakan bom.
Gereja itu, yakni Gereja Mar Gigris (St. George) di kota Tanta dan Gereja Kristen Koptik di Alexandria, Mesir. Dari kabar yang beredar, ISIS mengklaim sebagai pihak yang bertanggungjawab atas serangan tersebut.
Dari informasi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), yakni Kedutaan Besar RI di Mesir menyatakan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban atas serangan radikal terebut.
“Sampai saat ini, tidak ada WNI yang jadi korban,” tutur Kemenlu RI, dari situs resminya.
Sebelumnya, sebanyak 44 korban dinyatakan tewas. Sementara, puluhan korban lainnya mengalami luka-luka atas serangan bom itu.
Seluruh korban pun langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, untuk dilakukannya evakuasi dan penanganan medis.
Atas serangan itu, Presiden Mesir, Abdul Fattah al-Sisi langsung mengeluarkan status darurat. Status tersebut akan berlangsung selama tiga bulan di seluruh wilayah Mesir, tanpa adanya pengecualian.
Dalam keterangan resminya, Presiden Sisi menyampaikan, bahwa ia telah menghadiri pertemuan dengan Dewan Pertahanan Nasional untuk membahas serangan yang terjadi bertepatan dengan perayaan Minggu Palma untuk menandai masuknya Yesus Kristus ke Jerusalem.
Pertemuan itu untuk membahas penerapan kondisi darurat selama 3 bulan. Dengan penerapan keadaan darurat itu, maka pihak berwenang dapat melakukan penangkapan tanpa surat perintah penangkapan sekalipun jika ada aksi-aksi yang mencurigakan.
Aparat keamananpun disebut dapat melakukan penggeledahan, di rumah-rumah penduduk tanpa surat perintah. Ini dilakukan untuk benar-benar mensterilisasi Mesir dari setiap ancaman.
Presiden Sisi mengatakan, keadaan darurat akan diterapkan setelah ditempuhnya langkah legal dan konstitusional. Hingga kini, mayoritas anggota parlemen mendukung gagasan Presiden Sisi.
Menurut para saksi mata, ledakan pertama terjadi di gereja, di kota Tantam. Ledakan itu terjadi di samping altar di Gereja Mar Gigris (St. George), sekitar 94 km dari Kairo.
Rencananya, seluruh korban yang meninggal di sana, akan segera dimakamkan di kuburan massal di Tanta.
Seorang saksi mata, Emil Edward, menuturkan ledakan di gereja di Tanta terjadi ketika sedang digelarnya doa. “Saya duduk di bangku depan dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Saya pingsan dan seseorang mendorong saya dari bangku. Beberapa saat kemudian, saya terbangun dan melihat mayat-mayat di sekeliling saya,” katanya.
Aparat keamanan langsung diterjunkan ke lokasi itu. Beberapa jam kemudian, polisi berhasil menghentikan terduga pengebom masuk ke dalam Gereja Koptik St. Markus di Iskandariyah.
“ISIS melancarkan dua serangan terhadap dua gereja di kota Tanta dan Iskandariyah,” demikian pernyataan yang dilaporkan oleh Amaq, kantor berita yang berafiliasi dengan kelompok tersebut.
Langkah Presiden Sisi untuk memberlakukan keadaan darurat kemungkinan akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis hak asasi manusia, kata pengamat.
Selama ini, mantan petinggi militer itu dikritik oleh kelompok HAM di dalam negeri maupun luar negeri karena dinilai sangat membatasi hak sipil dan politik di Mesir.
