CENTRALBATAM.CO.ID, LINGGA – Banjir rob atau banjir yang disebabkan air laut pasang kembali terjadi di wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri, Rabu (8/12/2021).
Banjir rob ini merupakan banjir susulan, setelah sebelumnya juga terjadi di titik-titik wilayah di dekat pesisir Kabupaten Lingga.
Seperti dari pantauan, banjir rob ini juga terjadi di Desa Sedamai, Kecamatan Singkep Pesisir.
Terjadinya banjir rob ini, menyebabkan gelombang laut disertai angin sedang menghantam badan jalan raya di kawasan tersebut.
Akibatnya tidak air laut yang naik di jalan, namun sampah-sampah seperti batu, kayu, plastik, pasir laut terseret ke jalan, sehingga menimbun permukaan jalan.
Kondisi ini pun membuat pengguna jalan atau pengendara harus memelankan kendaraan mereka, agar tidak terkena hantaman gelombang.
Warga pun memberikan jalan kecil memasuki rumah warga, agar pengendara tidak terkena hantaman gelombang dari banjir rob itu.
Bahkan, sebuah perahu kecil atau sampan lama milik warga ikut terseret akibat gelombang laut ini.
“Hari ini karena ada angin, semalam tidak ada makanya agak tinggi naik ke jalan,” kata salah seorang warga, Adni.
“Itu pun sampan terseret ke jalan tadi karena gelombang,” sambung warga lainnya.
Dua orang warga sekitar pun tampak berusaha memindahkan sampan dan kayu besar yang berada di atas jalan, agar tidak menggangu pengendara.
Tidak jauh dari sana, wilayah Pesisir di Desa Lanjut juga dalam kondisi yang sama.
Di sana juga tampak Satpolairud Polres Lingga, yang tampak memasang trafific cone atau pembatas jalan, agar pengendara tidak terlalu menepi di dekat pantai ketika melewati area tersebut.
Kasatpolairud Polres Lingga, AKP Thomas Charles yang mengawasi area tersebut mengatakan, bahwa ia melakukan pantauan di wilayah Desa Persing, Sedamai, dan Desa Lanjut, untuk mengantisipasi kecelakaan yang diakibatkan terjangan air laut yang naik ke jalan.
Ia pun mengungkapkan, hal ini bisa diprediksi terjadi kembali terjadi, untuk banjir rob susulan dalam waktu dekat atau beberapa hari ke depan.
“Dihimbau kepada pengguna jalan atau masyarakat selalu hati-hati, agar tidak tekena imbas air laut yang naik ke darat,” kata Thomas.
Warga pun berencana akan membersihkan sampah yang berserakan di jalan tersebut, ketika air laut mulai surut.
Adni salah satu warga Desa Sedamai menceritakan yang pernah dialamimnya.
Adni yang turut merasakan bagaimana fenomena banjir rob ini pernah merobohkan rumahnya.
Beberapa puluhan tahun sebelumnya, rumah Adni pernah dibangun di area tepi pantai tersebut.
Namun, rumah yang ia anggap cukup besar itu roboh akibat gelombang laut musiman yang menghantam rumahnya.
“Rumah kami di sini habis roboh, sepeser pun tidak dapat bantuan. Itu rumah kami di depan ini, rumah bapak kami bersama adik beradik kmai,” kata Adni.
Saat itu pun tidak hanya rumah milik mendiang orangtuanya, namun juga beberapa pohon-pohon tanamannya ikut hancur saat memasuki banjir rob.
“Sekarang sudah nampak berkurang, dulu besar gelombangnya, masuk angin darat dan laut bercampur.
Di sini dulu ada 3 atau 4 rumah, sekarang cuma satu rumah,” kata Adni sambil menunjuk pesisir pantai, tempat rumahnya pernah berdiri.
Ia mengatakan, banyak bebatuan laut di sini diambil, sehingga salah satu penyebab gelombang laut besar sampai menerjang jalan.
“Dulu bapak kami ada nanam keledek, singkong, cabai di dekat pantai ini, tapi dah habis semua disapu ombak waktu itu. Seingat saya kejadiannya di tahun 80 atau 90-an la,” tuturnya.
Adni pun menuturkan, bahwa camat sebelumnya mengimbau masyarakat agar warga tidak membangun rumah di bibir pantai.
Selain merusak pemandangan laut, juga dikhawatirkan bencana alam yang kapan pun bisa terjadi.
“Benar kata beliau. Kami pun kemarin udah bangun rumah kembali di seberang jalan, tidak di bibir pantai lagi,” katanya.(fyd)