CENTRALBATAM.CO.ID – Tatapan mata Sarce Pomontolo (68) terlihat nanar menatap potongan nisan suaminya yang baru dipindahkan di kubur keluarga Kuroisi, Toto Selatan Lingkungan 1.
Di bawah rumpun bambu, 2 gundukan tanah kubur masih terlihat baru ditimbun meskipun di nisan tertera nama Masri Dunggio lahir pada 12 Januari 1946 dan meninggal pada 22 Agustus 2015.
Masri adalah suami Sarce Pomontolo. Makam lainnya adalah makam Siti Aisyah Hamzah, cucunya yang lahir pada tanggal 22 Juli 2008, meninggal 28 Oktober 2016.
Dua makam ini menjadi heboh di media massa karena baru dibongkar oleh Sarce Pomontolo dan keluarganya untuk dipindahkan dari kubur lamanya karena diduga berselisih paham terkait pilihan calon legislatif.
“Saya diminta untuk memilih salah satu calon anggota dewan, jika tidak kuburan suami dan cucu saya diminta untuk dikeluarkan dari pekuburan keluarga,” ujar Sarce Pomontolo, Minggu (13/1/2019).
Karena sakit hati diperlakukan demikian, Sarce Pomontolo pun bertekad untuk memindahkan kuburan suami dan cucunya.
Sabtu pagi kemarin, pacul pekerja mulai menggali kuburan jasad Masri Dunggio dan Siti Aisyah Hamzah di lingkungan 2 Desa Toto Utara Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.
Suara isak tangis keluarga beradu cepat dengan suara pacul menggali tanah, semakin dalam lubang tanah terasa semakin sakit di hati keluarga, isak tangis semakin kuat.
Doa dirapalkan saat belulang Masri Dunggio dan cucu ditemukan dalam tanah, kain kafannya masih membungkus rapat meski sudah 3 tahun jasad Masri Dunggio dikubur di tanah ini.
Kedua tulang belulang ini diangkat dengan hati-hati dan diletakkan di sebuah mobil bak terbuka, perlahan-lahan mobil ini bergerak menuju pemakaman baru.
Pemilik tanah pekuburan keluarga ini adalah Awano Hasan yang tak lain adalah keponakan Masri Dunggio sendiri.
Sarce Pomontolo menuturkan, calon legislatif yang diminta untuk didukung ini adalah ipar Awano Hasan.
Kegaduhan pembongkaran 2 kubur diduga beda pilihan calon legislatif ini menyisakan duka bagi banyak orang, semua merasa ini tidak seharusnya terjadi.
Keperihatinan datang dari Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie. Ia pun bertandang ke Desa Toto Selatan tempat 2 jasad dimakamkan kembali.
“Saya yakin ini hanya salah paham saja,” kata Rusli Habibie usai bertemu keluarga Sarce Pomontolo.
Pemindahan kubur menjelang pemilihan legislatif dan presiden ini memang telah menjadi pergunjingan banyak orang, tidak hanya di Gorontalo, namun juga di luar daerah.
Rusli Habibie mengaku banyak koleganya di luar daerah yang menanyakan masalah ini.
Namun, ia mengaku belum mengetahui secara detil, untuk itu ia berkunjung langsung di makam ini untuk bertemu semua yang terlibat.
Di lokasi yang sama, Kepala Desa Toto Selatan Taufik Baladraf mengatakan, masalah pemindahan makam ini tidak terkait pemilihan legislatif.
Sebelumnya, ada keinginan dari keluarga Awano Hasan untuk membuat pagar halaman.
Rumah Awano Hasan dan Sarce Pomontolo bersebelahan di lingkungan 2 Desa Toto Selatan, karena memang mereka masih bersaudara.
“Awano Hasan hanya punya 1 anak, anaknya yang meminta rumahnya dibuat pagar karena halamannya menjadi jalan umum,” kata Taufik Baladraf.
Taufik Baladraf memaparkan, Awano Hasan tak berkutik menolak permintaan anak semata wayangnya, bahkan anaknya sempat mengatakan akan turun rumah (minggat) jika tidak dibuat pagar.
Maka dengan berat hati Awano Hasan membat pagar, namun ia tidak menutup seluruhnya.
Jika sebelumnya kendaraan roda 4 bisa lewat halamannya, maka pagar ini masih menyisakan akses untuk kendaraan roda 2.
Hal lain yang dikeluhkan Awano Hasan adalah sikap acuh kerabatnya ini saat menimbun halamannya, ia berharap orang yang memanfaatkan halamannya untuk lalu lalang dapat meratakan material timbunan.
Sayangnya, hanya ia yang melakukan perataan tanah timbun ini.
“Kemudian, muncul masalah lama saat berbarengan dengan masa pemilihan legislatif dan presiden ini, akhirnya terbawa ke mana-mana,” jelas Taufik Baladraf.
Dalam kebiasaan masyarakat Gorontalo, jika ada anggota keluarga yang meninggal maka jasadnya hanya dimakamkan di halaman rumah, biasanya di halaman samping atau belakang.
Tidak ada lahan pemakaman umum dalam satu kecamatan, bahkan untuk Kota Gorontalo yang menjadi ibu kota provinsi hanya memiliki 1 buah makam umum di perbukitan kapur Kelurahan Sendeng.
Makam umum ini pun jarang digunakan masyarakat, mereka memilih memakamkan anggota keluarganya di halaman rumah atau pemakaman keluarga besar yang lahannya lebih luas.(*)
sumber : kompas.com