CENTRALBATAM.CO.ID, TANJUNGPINANG-Nilai ekspor ikan dan udang baru hingga Agustus 2017 menyentuh angka 14 juta US dolar. Sedangkan pada 2016 lalu, ekspor ikan dan udang mencapai 22 juta US dolar. Hal ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau.
“Selama delapan bulan cuma 14 juta US dolar. Bisa atau tidak kita melampaui capaian 2016 sebesar 22 juta US dolar. Kalau 22 juta US dolar ini yang kerja baru nelayan ini. Jadi harapan kita meningkat lagi,” kata Kepala BPS Kepri Panusunan Siregar dalam rilis yang disampaikan di Kantor BPS Kepri Jalan A. Yani Tanjungpinang, Jumat (15/9/2017).
Dia menyebutkan ekspor hasil tangkapan laut dari Provinsi Kepri masih tergolong rendah. Padahal potensi yang ada sangat berlimpah. Karena sebagian besar wilayah Kepri juga berupa lautan.
“Masa keemasan ekspor ikan dan udang di Kepri berada pada tahun 2015 sebanyak 69 juta US dolar. Untuk kembali mencapai angka tersebut di 2017 sangat sulit,” katanya.
Padahal Menteri Kelautan dan Perikanan sudah berulang kali melakukan penenggelaman kapal pencuri ikan. Seharusnya jumlah tangkapan nelayan meningkat dan nilai ekspor hasil laut tersebut juga meningkat. Hal tersebut perlu menjadi perhatian lembaga atau stakeholder terkait.
“Untuk tujuan ekspor ikan ini Singapura menjadi tujuan utama ekspor terbesar. Kemudian menempati posisi dua Hongkong, seterusnya Malaysia dan Jepang,” katanya.
Adapaun, ikan laut segar menempati posisi teratas yang diekspor sebanyak 76,37 persen pada 2016 kemudian pada 2017 sampai Agustus sebesar 61,62 persen, kemudian disusul Kerapu sebanyak 12,47 persen pada 2016 dan 17.49 persen di 2017, Ikan Salmon meningkat dari 0,36 persen pada 2016 menjadi 7,05 persen pada 2017 sampai Agustus,
Kepiting Hidup sebesar 2,57 persen pada 2016 dan meningkat menjadi 3,76 pada 2017 sampai Agustus, Sirip Ikan Hiu sebanyak 2,25 persen pada 2016 dan sampai saat ini di 2017 meningkat menjadi 2,56 persen.
“Ini harus benar-benar jadi perhatian, karena memang potensi Kepri ada disana. Tercermin dari kapal asing yang banyak menangkap ikan di laut kita. Ketika kita punya harta karun kayak gitu gak dimanfaatkan kan sayang,” katanya.
Menurutnya, rendahnya nilai ekspor ikan mungkin disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah dan stakeholder terkait. Padahal ekspor ikan ini tidak hanya melalui mengandalkan hasil tangkapan di laut bebas, bisa juga melalui budidaya di kerambah.
“Jadi pemerintah harus dorong budidaya. Karen kalau mengandalkan laut bebas, cuaca tak bagus tak bisa melaut,” katanya. (r/ctb)