Malam di Gultik Pak Wongso
Karya : Lita Monica
Angin malam di Tanjungpinang berhembus lembut ketika Fira memutuskan mampir ke sebuah tempat makan di Jalan Suka Berenang. Namanya Gultik Pak Wongso, sebuah angkringan modern yang belakangan ramai dibicarakan teman-temannya. Penasaran, Fira memarkirkan motornya dan melangkah masuk. “Selamat malam, Mbak! Mau duduk di lesehan atau di kursi?” tanya seorang pelayan dengan senyum ramah. “Lesehan aja, Mas,” jawab Fira sambil tersenyum.
Dia memilih tempat di sudut, di bawah pohon kecil yang dihias lampu kelap-kelip. Saat ia mulai membuka menu, suara familiar memanggilnya dari kejauhan. “Fira! Kamu juga ke sini?” Fira menoleh dan mendapati sahabatnya, Dina, melambaikan tangan sambil membawa tas kecil. Dina segera menghampiri dan duduk di depannya tanpa menunggu jawaban. “Aku kira kamu di rumah,” kata Dina sambil melepas helm. Fira terkekeh. “Lagi pengen coba tempat ini. Kamu sering ke sini?” Dina mengangguk antusias. “Sering banget! Gultiknya enak, apalagi kalau pesan porsi jumbo. Kamu harus coba.” Fira tersenyum. “Aku malah baru pesan yang jumbo.”
Pelayan datang untuk mencatat pesanan Dina, yang memesan gultik porsi biasa dan wedang uwuh. Mereka pun mulai berbincang santai sambil menikmati suasana tempat itu. “Tempat ini kayak angkringan, ya, tapi lebih modern,” komentar Fira sambil melirik pengunjung lain yang duduk lesehan maupun di kursi. “Iya, itu yang bikin aku suka. Menunya juga lengkap. Ada nasi kucing, sate, gorengan, roti bakar… semuanya bikin ngiler,” jawab Dina sambil menunjuk meja di sebelah mereka yang penuh dengan berbagai makanan. Tak lama kemudian, pesanan Fira datang. Aroma gulainya yang khas langsung memenuhi udara. Fira mencicipi suapan pertama dan tersenyum lebar. “Dina, ini enak banget!” katanya dengan mata berbinar. Dina tertawa kecil. “Tuh kan, aku bilang juga apa.”
Mereka makan sambil terus berbincang, sesekali menertawakan hal-hal kecil yang terjadi di hari mereka. Dina bercerita tentang pekerjaannya yang mulai sibuk akhir-akhir ini, sementara Fira membagikan cerita tentang rencananya untuk liburan ke kampung halamannya. “Fira, kalau aku ikut liburan ke kampung kamu, boleh nggak? Aku penasaran angkringan di sana kayak apa,” kata Dina tiba-tiba. “Serius mau ikut? Boleh banget! Kamu bakal suka. Tempatnya lebih sederhana dari sini, tapi suasananya nggak kalah seru,” jawab Fira dengan senyum semangat. Percakapan mereka terus berlanjut hingga malam semakin larut. Setelah selesai makan, mereka memutuskan membayar menggunakan QRIS, lalu berjalan keluar bersama. “Next time, aku yang traktir ya. Aku juga penasaran menu lainnya,” kata Fira sambil memasang helm. “Deal! Tapi kapan-kapan pesan sate dan wedang jahe. Itu juga favoritku,” balas Dina.
Malam itu, Gultik Pak Wongso bukan hanya menjadi tempat makan, tapi juga tempat untuk berbagi cerita. Fira dan Dina meninggalkan tempat itu dengan perut kenyang dan hati penuh tawa.(*)