CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM – Aktifitas para pekerja reklamasi atau penimbunan laut di kawasan Mega Proyek Ocarina, Batam kian meluas. Kali ini, Senin (26/9/2016), penampakannya kian memprihatinkan.
Kondisi ini kian buruk, melihat kondisi penimbunan yang tak kenal ampun.
Ekosistem yang semula asri, tampak luluh lantak dan akhirnya rusak. Tampak di sekitar bibir pantai, tanah timbun akhirnya meratakan lautan dengan lebar 10 meter dan panjang bibir pantai yang diubah menjadi darat sekitar 300 meter.

‘Bibir pantai yang diratakan’, begitulah penampakan asli pantai Ocarina saat itu.
Panas dan gersang. Begitu pula penampakan laut yang sudah berubah menjadi darat, saat beberapa truk bermuatan penuh tanah untuk menimbun laut, terus berlalu-lalang.
Seakan mengebut penimbunan itu, jumlah truk yang melintas tampak membuat jalan riuh dan penuh debu.
Tak hanya itu saja, lautan yang kerap dijadikan sebagai akses umum warga untuk menikmati pemandangan alami ini ternyata telah dibelah dua oleh tangan-tangan pengembang yang punya kekuasaan.

Ya, ini tampak nyata dengan terperangkapnya perahu-perahu nelayan sekitar diantara laut yang ditimbun itu.
Selain itu, kualitas air laut dilokasi itu juga tampak keruh bagaikan air payau. Ini terjadi lantaran bercampurnya air dengan tanah timbun tersebut.
Alhasil, pemandangan yang dulunya asri berubah drastis bak mimpi buruk. Seolah sengaja merubah laut menjadi tak punya daya tarik lagi, para pengembang ini sukses membuat masyarakat kehilangan akses alami itu.
“Kemarin masih ditengah, sekarang bibir pantainya pun sudah diratakan. Sudah jelek sekali pemandangannya. Semua berubah total, kita biasa memandang-mandang disini. Tapi sekarang hanya penimbunan saja yang kita pandang,” kata Rifki, salah seorang warga yang menghabiskan waktu sorenya dilokasi itu.

Meski akan diubah menjadi lokasi yang lebih memberi masukan untuk Pemerintah, namun proyek itu seakan tak lazim dilakukan.
“Mereka merubah apa yang telah ada, menjadi surga untuk kepentingannya. Sementara warga yang biasa menikmati pemandangan disini, tak bisa berbuat banyak. Mereka punya uang banyak,” ungkapnya.
Entah bagaimana hasil akhir dari proyek ini, namun awal pengerjaannya saja sudah cukup membuat mata tak tertarik memandangnya. Ekosistem laut yang semula asri, kini rusak digerilya para pemegang kekuasaan.

Meski pemerintah kota (Pemko) Batam telah berupaya dalam menindak lanjutinya, namun upaya itu tampak seperti serigala ompong yang melolong disiang hari. Tak ada satupun proyek yang terhenti, semua tetap berjalan untuk menyelesaikan proyek-proyek tersebut.
