CENTRALBATAM.CO.ID, BINTAN – Puluhan kelong apung menepi dan berlabuh di sepanjang pinggir pantai Trikora, Desa Malang Rapat, Kabupaten Bintan, Selasa (1/2/2022).
Hal ini diakibatkan angin kencang yang melanda peraiaran Pulau Bintan. Puluhan nelayan kelong apung memilih tidak melaut.
Dari pantauan di lokasi puluhan kelong apung tampak menepi di sepanjang pinggir pantai Trikora, Desa Malang Rapat.
Sejumlah nelayan kelong apung juga tampak sibuk memperbaiki kelongnya ditengah tidak melaut. Bahkan, ada yang terpaksa mencari pekerjaan serabutan untuk menutupi kebutuhan dapur.
Sebagaimana yang dialami Idar (37) salah satu nelayan kelong apung ini mengaku, sudah dua bulan tidak melaut mulai dari Desember 2021 sampai Januari 2022.
Selama tidak melaut dirinya terpaksa mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Jadi ditengah saya tidak melaut selama dua bulan belakangan ini, saya terpaksa bekerja serabutan. Ini semua saya lakukan supaya bisa mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya saat di temui di pesisir pantai Desa Malang Rapat, Selasa (1/2/2022).
Idar menuturkan, bila cuaca ekstrem seperti musim utara ini tiba, memang sudah biasa para nelayan kelong apung tidak melaut, akibat angin dan ombak yang cukup besar.
“Kalau seperti ini sudah biasa tiap tahunnya. Biasanya kalau tidak akhir tahun ya awal tahun seperti ini kita gak bisa ke laut,” katanya.
Idar menjelaskan, bahwa jika melaut dirinya biasanya menangkap ikan bilis dan sotong.
“Saat melaut biasanya pergi sore dan pulang pada pagi harinya,” katanya.
Idar mengaku bahwa penghasilan tidak dapat dipastikan.
Pasalnya, tergantung hasil tangkapan, jika tangkapan ikan bilis dan sotong banyak bisa meraup rezeki mulai Rp 2 juta sampai Rp 4 juta.
Tapi terkadang sama sekali tidak ada, dan kadang ada tapi penghasilan pas-pasan saja, tidak sesuai dengan biaya operasional ke laut.
“Jadi intinya nelayan ini hanya tergantung rezeki, banyak tangkapan ada pendapatan. Kalau tidak ada tangkapan, ya tidak ada sama sekali pendapatan,” katanya.
Idar menyebutkan bahwa hasil tangkapan dijual ke penampung. Dimana ikan bilis yang dijual tergantung jenisnya, untuk harga bisa Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu per kilogram.
“Kalau sotong harganya biasanya mulai dari Rp 30 ribu Rp 40 ribu per kilogram,” jelasnya.
Idar pun berharap semoga cuaca kembali normal seperti semula, agar dirinya bisa pergi melaut kembali untuk menangkap sotong dan ikan bilis.
“Biasanya cuaca normal di bulan Maret nanti. Semoga cuaca segera membaik, soalnya sudah 2 bulan tidak ke laut. Sekarang kita hanya bisa sambilan memperbaiki bagian-bagian kelong yang rapuh,” katanya.(ndn)