CENTRALBATAM.CO.ID, BATAM-Kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) diwilayah Sumatera bagian tengah (Sumbagteng) dan Kalimantan bagian Barat (Kalbar), kembali terpantau dan meningkat jumlahnya.
Terpantau pagi ini dari citera satelite NASA, yakni Terra dan Aqua yang kemudian dipublikasikan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) membuktikan, terdapat peningkatan titik api atau Hot spot yang ada di Sumatera dan Kalimantan.
Melanjutkan data tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Hang Nadim, Batam, turut membenaran kondisi Hot spot ini.
Philip, Kepala BMKG Hang Nadim, Batam menyatakan, dari data tersebut diketahui ada peningkatan titik api di Sumbagteng dengan jumlah Hot spot pagi ini mencapai angka 183 titik api.
“Kemudian, untuk wilayah Kalimantan Barat (Kalbar), juga diketahui adanya peningkatan. Dari data dietahui jumlah titik api mencapai 51 Hot spot,” kata Philip.
Hal ini jelas menegaskan adanya peningkatan titik api yang secara tegas ada disebelah Timur dan Barat wilayah Kepulauan Riau (Kepri).
Untuk wilayah Sumatera, adapun wilayah yang mengalami peningkatan Hot spot ini, yaitu:
-Siak Sri Indrapura,
-Kota Batak,
-Pasir Pengaraian,
-Mandau,
-Serta beberapa lokasi di Rokan Hilir, Teluk Kuantan, dan Balam.
“Sebagian titik api berada diwilayah Provinsi Riau, namun dipesisir. Tepatnya berdekatan dengan Pulau Rupat, Bengkalis dan lokasi-lokasi lainnya,” tegasnya.

Dari penampakan Hot spot ini, diketahui jumlah totalnya mencapai 234 titik sebaran api yang ada di Sumbagteng dan Kalbar.
Jumlah ini diketahui meningkat dua kali lipat, dari Hot spot sebelumnya yang juga terpantau diwilayah-wilayah tersebut. Akan hal ini, masyarakat wilayah Riau dan Kalimantan Barat kembali terkena dampak panjang dari penyebaran titik api ini, yaitu adanya penyebaran asap pekat yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian.
Tak hanya itu saja, akibat dari Karlahut ini. Wilayah Ranai, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau terancam kembali berasap.
Bagaimana tidak, melihat pola hembusan angin (shareline) yang berhembus dari Tenggara dan Selatan dan cenderung berhembus ke Barat Daya dan Utara. Membuat asap hasil kebakaran diwilayah Kalimantan Barat sangat berpotensi terbawa ke Ranai, Natuna.
“Ini melihat pola hembusan angin, sangat dikhawatirkan Natuna akan terkena asap dari Kalimantan Barat. Karena hembusan angin mengarah kesana,” ucap Philip.
Berbeda halnya dengan kasus karhutla di Sumatera. Asap yang biasanya berasal dari wilayah Barat Kepri ini, kini tak terasa dengan hembusan angin yang mengarah ke Barat Daya dan Utara.
“Jadi yang terasa untuk Natuna, itu asap yang dari Kalimantan saja. Yang dari Sumatera tidak, karena beda jalur anginnya. Kita ada ditimur Sumatera, sementara angin itu dari Tenggara dan Selatan. Jadi kita terhindar dari asap Sumatera,” tegasnya.
Sampai saat ini, lanjutnya, titik api masih terpantau. Oleh karena itulah, Philip mengimbau bagi masyarakat Kepri yang terdampak asap, untuk senantiasa mengunakan masker saat beraktifitas diluar ruangan.
“Pakai masker bagi yang beraktifitas diluar ruangan, dan jaga keehatan agar tetap dapat beraktifitas dengan baik,” tutupnya.
